Setiap 2 Mei, kita memperingati Hari Pendidikan Nasional sebagai bentuk penghormatan terhadap Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara.
Namun, peringatan ini seharusnya tidak berhenti pada seremonial. Ia harus menjadi refleksi mendalam: sudahkah pendidikan kita benar-benar membebaskan dan memanusiakan peserta didik?
Di tengah tantangan zaman, guru tak lagi cukup hanya menyampaikan materi. Tantangan terberat saat ini adalah membangkitkan cinta belajar dalam diri siswa.Â
Bukan sekadar tahu, tapi ingin tahu. Bukan sekadar belajar karena kewajiban, tapi karena hasrat. Inilah yang disebut kasmaran belajar; jatuh cinta pada proses pencarian ilmu.
Lebih dari Mengajar: Misi Guru Menyalakan Api Belajar
Pendidikan sejati bukan hanya tentang transfer pengetahuan, tetapi tentang membangkitkan kesadaran dan keinginan belajar dari dalam diri siswa.
Untuk itu, guru kini memiliki peran ganda: sebagai pengarah, penggugah, sekaligus penyalur rasa ingin tahu.
Guru bukan sekadar pengisi papan tulis, tetapi penenun makna. Ia menyalakan lampu dalam ruang-ruang gelap rasa ingin tahu anak-anak, agar mereka berani melangkah dan menggali lebih dalam.
Pembelajaran Mendalam: Akar dari Cinta Belajar
Salah satu pendekatan yang membuat siswa jatuh cinta pada belajar adalah pembelajaran mendalam. Apa itu pembelajaran mendalam?
Berbeda dari pembelajaran dangkal yang hanya menekankan hafalan dan hasil akhir, pembelajaran mendalam menekankan proses.
Dalam pembelajaran mendalam, siswa diajak:
- Memahami makna, bukan hanya mengingat fakta.
- Mengaitkan pengetahuan dengan kehidupan nyata.
- Menganalisis, menalar, dan menyimpulkan.
- Belajar melalui pengalaman, refleksi, dan pencarian makna.
Dengan pembelajaran mendalam, siswa tidak hanya tahu apa dan bagaimana, tapi juga mengapa. Rasa ingin tahu mereka terusik, dan mereka terdorong untuk menggali lebih dalam. Dari sanalah muncul ketertarikan emosional: mereka mulai kasmaran belajar.
Strategi Guru untuk Menyalakan Cinta Ilmu dan Kasmaran Belajar Para Siswanya
Menyalakam cinta Ilmu tidak bisa dilakukan secara instan. Dibutuhkan kreativitas, kepekaan, dan konsistensi. Beberapa pendekatan yang bisa dilakukan guru antara lain:
Mengaitkan Materi dengan Realitas Siswa
Anak akan lebih mudah memahami dan menyukai pelajaran jika ia merasa pelajaran itu dekat dengan dirinya.Mengajak Siswa Bertanya, Bukan Hanya Menjawab
Siswa yang aktif bertanya menandakan mereka berpikir. Dan berpikir adalah awal dari rasa ingin tahu yang sehat.Membangun Kelas yang Humanis dan Dialogis
Kelas bukan tempat takut salah, tetapi ruang aman untuk tumbuh, bereksperimen, dan belajar dari kegagalan.Menggunakan Narasi dan Cerita
Cerita menggugah emosi dan imajinasi. Melalui storytelling, guru bisa menyampaikan pelajaran dengan cara yang menyentuh.Memberi Ruang untuk Eksplorasi dan Refleksi
Belajar tak harus selalu dalam bentuk catatan dan soal. Bisa dalam bentuk proyek, diskusi, jurnal reflektif, atau praktik langsung.
Hari Pendidikan Nasional: Ajakan Menyalakan Cinta Ilmu
Hari Pendidikan Nasional bukan sekadar peringatan, tetapi panggilan. Sebuah ajakan bagi guru untuk terus menjadi pembelajar, dan terus menyalakan semangat belajar pada murid-muridnya.
Ki Hajar Dewantara pernah berkata, "Anak-anak hidup dan tumbuh sesuai kodratnya sendiri. Pendidik hanya dapat merawat dan menuntun tumbuhnya kodrat itu."
Menuntun tumbuhnya cinta belajar adalah pekerjaan seumur hidup. Tapi ketika seorang siswa mulai jatuh cinta pada ilmu, saat itulah misi guru menjadi bermakna.
Selamat Hari Pendidikan Nasional. Mari kita terus menyalakan semangat belajar dalam setiap jiwa anak Indonesia, hingga mereka tak hanya pintar, tetapi juga mencintai ilmu dengan sepenuh hati.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI