Banyak keluarga dan sekolah membawa anak-anak ke STIB untuk mengenalkan mereka pada hubungan harmonis antara manusia dan hewan, serta pentingnya menjaga budaya lokal yang sarat nilai.
Dibalik Atraksi, Ada Etika
Meski banyak menuai pujian, keberadaan STIB juga tidak lepas dari perhatian pecinta hewan dan aktivis lingkungan. Namun, pihak pengelola menegaskan bahwa pelatihan dilakukan dengan prinsip kesejahteraan hewan (animal welfare).Â
Beruk diberi makan yang cukup, tempat tinggal yang layak, serta tidak dipaksa bekerja melebihi kemampuan.
"Di STIB, kami tidak melihat beruk sebagai alat kerja, tapi sebagai mitra yang perlu dirawat dan dihargai," ujar salah satu pawang.
Fenomena STIB mencerminkan bagaimana kearifan lokal bisa naik kelas tanpa kehilangan akar budaya. Beruk yang dulu sering dianggap pengganggu, kini tampil sebagai bintang dan kebanggaan masyarakat.Â
Dari Desa Apar yang tenang, lahir inovasi sederhana tapi mendunia, menginspirasi bahwa pendidikan dan pelatihan tidak melulu untuk manusia, tapi juga bisa menjangkau alam dan seisinya.
Kampus STIB mengajarkan satu hal: ketika manusia menghormati alam, maka alam akan ikut menyokong manusia bahkan lewat seekor primata.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI