Jika biasanya kampus diisi oleh mahasiswa berbaju rapi dan membawa laptop, berbeda halnya dengan Sekolah Tinggi Ilmu Beruk (STIB) di Kota Pariaman, Sumatera Barat. Di sini, mahasiswanya berbulu, pandai memanjat, dan punya keahlian khusus: memetik kelapa!
Bukan satire atau lelucon, STIB benar-benar ada dan menjadi pusat pelatihan beruk agar mampu membantu petani dalam panen kelapa. Siapa sangka, beruk yang dulu dianggap hama, kini justru naik kelas menjadi primadona desa.
Kampus Beruk Pertama di Dunia dengan Ijazah Resmi
STIB Pariaman resmi menjadi kampus beruk pertama di dunia yang menawarkan pendidikan dan pelatihan khusus untuk beruk. Kampus ini bahkan memberikan ijazah resmi kepada beruk-beruk yang berhasil menyelesaikan pelatihan dengan baik.Â
Ini adalah pencapaian yang luar biasa, karena tidak hanya memberikan keterampilan, tetapi juga mengakui beruk sebagai "mahasiswa" yang layak mendapatkan pengakuan atas usaha dan keterampilannya.
Konsep ini menjadi fenomena global, menggabungkan kearifan lokal dengan pendekatan yang inovatif.Â
Sekolah ini memanfaatkan potensi beruk yang telah lama dikenal memiliki keahlian dalam memanjat pohon kelapa, lalu mengasah keterampilan tersebut agar lebih profesional.Â
Dengan pelatihan yang terstruktur, STIB bukan hanya sebagai lembaga pendidikan untuk hewan, tetapi juga simbol penghargaan terhadap hubungan harmonis antara manusia dan alam.Â
Tidak ada satupun kampus lain di dunia yang memiliki program serupa, menjadikan STIB sebagai pionir dalam bidang ini.Â
Di sini, beruk bukan hanya dianggap sebagai hewan, melainkan sebagai mahasiswa yang dilatih dengan penuh kasih dan perhatian, dan setelah lulus, mereka menerima ijazah sebagai bukti keberhasilan mereka.
Dari Desa Apar Menuju Panggung Dunia
STIB berdiri di Desa Apar, Kecamatan Pariaman Utara, sejak tahun 2019. Kampus unik ini diinisiasi oleh BUMDes Apar Mandiri sebagai bentuk inovasi berbasis kearifan lokal.
Ide sederhananya: menjadikan beruk yang secara alami memiliki kemampuan memanjat dan menggugurkan buah sebagai pekerja terlatih untuk membantu petani kelapa.Â
Alih-alih diburu atau ditakuti, beruk diberdayakan dan dihormati sebagai mitra kerja. Bersama para pawang berpengalaman, STIB menjalankan pelatihan terstruktur untuk menciptakan beruk-beruk andal yang siap "terjun lapangan".
Proses Pelatihan: Dari Lucu Jadi Lincah
Pelatihan di STIB bukan sembarang pelatihan. Ada pendekatan khusus agar beruk bisa memahami perintah dan fokus pada buah kelapa yang matang.Â
Biasanya, pelatihan dimulai sejak beruk masih kecil. Prosesnya memakan waktu mulai dari satu bulan atau lebih tergantung karakter masing-masing beruk.
Para pawang menggunakan metode yang lembut dan penuh kesabaran; memastikan beruk merasa nyaman dan tidak tertekan. Hasilnya? Beruk yang terlatih bisa memetik lebih dari 300 butir kelapa per hari, jauh lebih efisien dibandingkan manusia.
Daya Tarik Wisata Baru yang Edukatif
Seiring waktu, STIB tak hanya berfungsi sebagai pusat pelatihan, tetapi juga menjadi destinasi wisata edukatif yang digandrungi wisatawan lokal dan mancanegara.
Pengunjung bisa menyaksikan langsung atraksi beruk saat memetik kelapa, berinteraksi dengan pawang, hingga memahami filosofi di balik pelatihan ini.
Banyak keluarga dan sekolah membawa anak-anak ke STIB untuk mengenalkan mereka pada hubungan harmonis antara manusia dan hewan, serta pentingnya menjaga budaya lokal yang sarat nilai.
Dibalik Atraksi, Ada Etika
Meski banyak menuai pujian, keberadaan STIB juga tidak lepas dari perhatian pecinta hewan dan aktivis lingkungan. Namun, pihak pengelola menegaskan bahwa pelatihan dilakukan dengan prinsip kesejahteraan hewan (animal welfare).Â
Beruk diberi makan yang cukup, tempat tinggal yang layak, serta tidak dipaksa bekerja melebihi kemampuan.
"Di STIB, kami tidak melihat beruk sebagai alat kerja, tapi sebagai mitra yang perlu dirawat dan dihargai," ujar salah satu pawang.
Fenomena STIB mencerminkan bagaimana kearifan lokal bisa naik kelas tanpa kehilangan akar budaya. Beruk yang dulu sering dianggap pengganggu, kini tampil sebagai bintang dan kebanggaan masyarakat.Â
Dari Desa Apar yang tenang, lahir inovasi sederhana tapi mendunia, menginspirasi bahwa pendidikan dan pelatihan tidak melulu untuk manusia, tapi juga bisa menjangkau alam dan seisinya.
Kampus STIB mengajarkan satu hal: ketika manusia menghormati alam, maka alam akan ikut menyokong manusia bahkan lewat seekor primata.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI