Mohon tunggu...
Nuning Sapta Rahayu
Nuning Sapta Rahayu Mohon Tunggu... Guru Pendidikan Khusus/Penulis/Asesor/Narasumber

Guru Pendidikan khusus, Penulis Buku Panduan Guru Pengembangan Komunikasi Autis, aktivis pendidikan dan pecinta literasi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Titik Terendah dan Jalan Pulang: Bangkit dari Luka

25 April 2025   08:00 Diperbarui: 25 April 2025   15:46 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi berada di titik terendah (Sumber: freepik/jcomp)


Saat Hidup Menyentuh Dasar & Semua Terasa Amat Berat

Ada masa dalam hidup ketika segalanya seolah berhenti. Ketika pagi tak lagi berarti, dan malam hanya diisi tangis dalam diam.

Saya pernah ada di titik itu; saat anak saya mengalami kecelakaan yang membuatnya harus menjalani operasi demi operasi dan fisioterapi bertahun-tahun dengan progres yang sangat lambat. Harapan terasa kabur, dan bahkan saya sempat berharap hari esok tak pernah datang. 

Namun perlahan, saya menemukan jalan pulang. Dalam keikhlasan, dalam doa, dan dalam pelukan orang-orang terkasih, saya belajar untuk bangkit. Luka itu masih ada, tapi kini saya tahu: ia bukan akhir, melainkan awal dari versi diri yang lebih kuat.

Titik Terendah Tak Pernah Datang Tanpa Alasan

Setiap manusia pasti memiliki titik terendah dalam hidupnya; momen ketika segala yang kita bangun terasa runtuh. 

Entah itu karena anak yang sakit, kehilangan orang terkasih, kegagalan besar, atau ujian hidup yang datang bertubi-tubi. Tak jarang, titik terendah ini datang begitu mendalam, memaksa kita merasakan kehilangan yang begitu nyata dan mendalam.

Namun, apakah kita tahu bahwa titik terendah itu sesungguhnya bukan untuk menjatuhkan kita? Titik terendah adalah titik di mana kita mulai berbenah dan belajar arti sebenarnya dari hidup.

Meskipun terasa sangat menyakitkan, momen-momen seperti itu mengajarkan kita untuk lebih menghargai waktu, keluarga, dan kesempatan yang kita miliki.

Saat kita berada di bawah, kita belajar untuk mendaki lagi. Mungkin kita tidak langsung berdiri tegak, tapi kita mulai berjalan meski tertatih. Perjalanan itu mungkin terasa berat, namun setiap langkah kecil itu membawa kita lebih dekat kepada kedamaian yang kita cari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun