Saat Hidup Menyentuh Dasar & Semua Terasa Amat Berat
Ada masa dalam hidup ketika segalanya seolah berhenti. Ketika pagi tak lagi berarti, dan malam hanya diisi tangis dalam diam.
Saya pernah ada di titik itu; saat anak saya mengalami kecelakaan yang membuatnya harus menjalani operasi demi operasi dan fisioterapi bertahun-tahun dengan progres yang sangat lambat. Harapan terasa kabur, dan bahkan saya sempat berharap hari esok tak pernah datang.Â
Namun perlahan, saya menemukan jalan pulang. Dalam keikhlasan, dalam doa, dan dalam pelukan orang-orang terkasih, saya belajar untuk bangkit. Luka itu masih ada, tapi kini saya tahu: ia bukan akhir, melainkan awal dari versi diri yang lebih kuat.
Titik Terendah Tak Pernah Datang Tanpa Alasan
Setiap manusia pasti memiliki titik terendah dalam hidupnya; momen ketika segala yang kita bangun terasa runtuh.Â
Entah itu karena anak yang sakit, kehilangan orang terkasih, kegagalan besar, atau ujian hidup yang datang bertubi-tubi. Tak jarang, titik terendah ini datang begitu mendalam, memaksa kita merasakan kehilangan yang begitu nyata dan mendalam.
Namun, apakah kita tahu bahwa titik terendah itu sesungguhnya bukan untuk menjatuhkan kita? Titik terendah adalah titik di mana kita mulai berbenah dan belajar arti sebenarnya dari hidup.
Meskipun terasa sangat menyakitkan, momen-momen seperti itu mengajarkan kita untuk lebih menghargai waktu, keluarga, dan kesempatan yang kita miliki.
Saat kita berada di bawah, kita belajar untuk mendaki lagi. Mungkin kita tidak langsung berdiri tegak, tapi kita mulai berjalan meski tertatih. Perjalanan itu mungkin terasa berat, namun setiap langkah kecil itu membawa kita lebih dekat kepada kedamaian yang kita cari.