Mohon tunggu...
Nuning Sapta Rahayu
Nuning Sapta Rahayu Mohon Tunggu... Guru Pendidikan Khusus/Penulis/Asesor/Narasumber

Guru Pendidikan khusus, Penulis Buku Panduan Guru Pengembangan Komunikasi Autis, aktivis pendidikan dan pecinta literasi

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Pentingkah Merancang Intimate Weekend untuk Menjaga Cinta?

13 April 2025   11:00 Diperbarui: 13 April 2025   13:32 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Menjadi tua bersamamu adalah impian… Tapi tetap saling menatap, menyentuh, dan merawat cinta hingga tua — itu perjuangan.”

Di tengah tumpukan cucian, jadwal kerja yang padat, urusan anak yang tak ada habisnya, dan bahkan cucu yang mulai ikut mengisi rumah dengan keriuhannya, sepasang suami istri seringkali lupa pada satu hal yang paling dasar: kebersamaan hanya berdua. 

Padahal, hubungan pernikahan bukan sekadar proyek jangka panjang untuk membesarkan anak atau menabung demi masa depan, tetapi juga tentang merawat cinta yang pernah menyala di awal dan tetap menyala hingga senja.

Kita sering berpikir, quality time hanya milik pasangan muda yang baru menikah. Padahal, pasangan yang telah puluhan tahun bersama justru paling membutuhkan ruang khusus untuk menghidupkan kembali keintiman yang mungkin mulai tenggelam oleh rutinitas. 

Inilah mengapa intimate weekend menjadi begitu penting.

Cinta yang Tak Dirawat Bisa Layu, Meski Telah Lama Tumbuh

Bayangkan ini: Seorang suami dan istri telah menikah belasan bahkan puluhan tahun. Di mata dunia, mereka adalah pasangan tangguh. Anak-anak mereka berhasil, rumah mereka berdiri kokoh, dan bahkan sudah ada cucu yang sering datang menginap. 

Tapi di balik itu semua, komunikasi di antara mereka mulai kering. Percakapan hanya seputar tagihan, belanja, dan jadwal antar cucu ke sekolah. Pelukan menjadi langka, candaan menjadi asing, dan tatapan mata yang dulu berbinar kini nyaris hilang.

Apakah mereka masih saling mencintai? Mungkin. Tapi cinta yang tidak dirawat akan meredup, bukan karena tidak ada rasa, tapi karena tidak lagi diberi waktu.

Di sinilah intimate weekend mengambil peran penting. Bukan untuk “bulan madu kedua” yang mewah, melainkan untuk menyegarkan rasa, menyambung jiwa, dan mengingatkan bahwa mereka masih pasangan, bukan sekadar rekan hidup.

Bukan Tentang Kemewahan, Tapi Tentang Kehadiran

In this economy, dimana bagi sebagian orang kondisi ekonomi menjadi lebih sulit harusnya tak mengurangi rencana untuk merancang keintiman bersama.

Intimate weekend bukan berarti harus menginap di resort berbintang, berlibur ke luar negeri, atau makan malam romantis di restoran mahal. Seringkali, yang paling dibutuhkan hanyalah satu hari di mana pasangan bisa hadir sepenuhnya tanpa distraksi.

Bisa jadi dengan:

  • Membuat kopi pagi bersama, lalu duduk di teras sambil membaca puisi lama.
  • Menonton film yang dulu kalian tonton saat masih pacaran.
  • Berkendara ke tempat kenangan, walau hanya ke warung bakso favorit di ujung kota.
  • Memasak bersama sambil menyanyikan lagu-lagu nostalgia.
  • Atau sekadar duduk berdua, berbicara dari hati ke hati tanpa gangguan.

Bukan tentang di mana, tapi dengan siapa dan seberapa utuh kebersamaan itu terjadi.

Tips Merancang Intimate Weekend bagi Pasangan Suami Istri

Berikut beberapa cara sederhana namun efektif untuk mulai membiasakan intimate weekend:

  1. Tandai di Kalender: Buat kesepakatan bersama. Misalnya, minggu ke-2 setiap bulan adalah waktu khusus untuk hanya berdua.
  2. Matikan Notifikasi: Saat tiba waktunya, matikan HP, TV, dan distraksi lainnya. Fokus pada pasangan.
  3. Kembali ke Masa Awal: Kenang masa-masa awal hubungan. Lakukan hal-hal kecil yang dulu membuat kalian tertawa atau deg-degan.
  4. Tidak Perlu Mahal: Bisa dilakukan di rumah, di taman, atau di pinggir sawah. Yang penting ada waktu dan perhatian utuh.
  5. Libatkan Kejutan: Sesekali siapkan kejutan kecil: menulis surat cinta, menyelipkan puisi, memasak makanan favorit pasangan.
  6. Jaga Konsistensi: Jangan hanya sekali. Jadikan ini sebagai kebiasaan berkelanjutan, bukan momen sesaat.

Cinta Tak Pernah Terlambat untuk Disegarkan

Cinta sejati bukan yang bertahan tanpa usaha. Cinta sejati justru tumbuh karena dua orang mau terus menyiram, meski pohonnya sudah tua. 

Bahkan saat keriput mulai mengisi wajah, bahkan ketika langkah tak lagi secepat dulu, cinta tetap bisa terasa hangat bila ada kemauan untuk hadir dan membagi waktu.

Karena menjadi tua bersama bukanlah tujuan akhir dari cinta. Yang paling indah adalah ketika kita tetap bisa saling mencintai dengan cara yang terus diperbarui  dari waktu ke waktu, akhir pekan ke akhir pekan.

"Mungkin kita tak muda lagi, tapi hatiku tetap ingin memelukmu seperti dulu — di tiap akhir pekan, dan setiap hari yang kita lewati bersama."

Bagi setiap pasangan, tak peduli seberapa lama jalinan pernikahan telah terjalin, jadilah tetap romantis dan biarkan cinta itu tetap tumbuh dan terawat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun