Mohon tunggu...
Nuning Sapta Rahayu
Nuning Sapta Rahayu Mohon Tunggu... Guru Pendidikan Khusus/Penulis/Asesor/Narasumber

Guru Pendidikan khusus, Penulis Buku Panduan Guru Pengembangan Komunikasi Autis, aktivis pendidikan dan pecinta literasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengkritisi Sekolah Rakyat: Memberantas Ketimpangan atau Justru Mempertegasnya?

9 April 2025   16:00 Diperbarui: 9 April 2025   10:54 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Sekolah Rakyat (Sumber: freepik.com)

Sekolah Gratis untuk Anak Miskin, Siapa yang Tak Setuju?

Pemerintah melalui Kementerian Sosial meluncurkan program Sekolah Rakyat, sebuah sekolah berasrama yang memberikan pendidikan gratis lengkap dengan makan, tempat tinggal, dan bimbingan keterampilan hidup untuk anak-anak dari keluarga miskin ekstrem.

Tujuan program ini terdengar sangat mulia, agar anak-anak dari keluarga prasejahtera tidak putus sekolah dan tetap bisa bermimpi besar. Dalam beberapa waktu, program ini telah berjalan di puluhan lokasi dan menyasar mereka yang selama ini sulit mengakses pendidikan formal secara layak.

Tapi di balik itu, muncul pertanyaan: apakah program ini benar-benar solusi atas ketimpangan? Atau malah mempertegas batas antara si miskin dan si mampu?

Saat Pendidikan Malah Memisahkan

Beberapa pemerhati pendidikan mulai bersuara. Salah satunya adalah Koordinator Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI), Ubaid Matraji, yang mengingatkan bahwa mengumpulkan anak-anak miskin dalam satu sistem pendidikan yang terpisah bisa menimbulkan masalah jangka panjang.

Menurutnya, program ini bisa menjadi bentuk pemisahan sosial dalam sistem pendidikan. Anak-anak dari keluarga miskin akan belajar dan tumbuh di lingkungan yang homogen, tanpa interaksi dengan kelompok lain. 

Hal ini bisa menimbulkan stigma dan rasa minder, karena mereka tahu bahwa sekolah itu khusus "untuk orang miskin".

Bayangkan jika seorang anak tahu bahwa ia "disekolahkan" di tempat berbeda hanya karena orang tuanya tidak mampu. Bukankah itu justru memperkuat perasaan tertinggal sejak dini?

Pendidikan Itu Harusnya Menyatukan

Seharusnya, sekolah menjadi tempat semua anak dari berbagai latar belakang bisa belajar bersama, saling mengenal, dan tumbuh tanpa diskriminasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun