Beberapa kebijakan pendidikan sebelumnya seperti sistem zonasi sekolah, meskipun masih memiliki kekurangan, justru berusaha membuka akses yang lebih merata bagi semua anak.Â
Begitu juga dengan program afirmatif seperti beasiswa, bantuan seragam, dan subsidi perlengkapan sekolah yang memberikan bantuan tanpa harus memisahkan.
Ari Kristianawati, pengamat pendidikan yang menulis di Katadata, menekankan bahwa jika kualitas Sekolah Rakyat tidak setara dengan sekolah umum, maka anak-anak miskin tetap akan berada dalam posisi tidak menguntungkan.Â
Mereka belajar di tempat yang berbeda, dengan standar yang berbeda pula. Akibatnya, kesenjangan justru tetap ada, bahkan bisa makin lebar.
Apa Tidak Ada Jalan Tengahnya?
Tentu saja ada. Pemerintah bisa tetap membantu anak-anak dari keluarga kurang mampu tanpa harus memisahkan mereka dari sistem pendidikan umum.
Beberapa hal yang bisa dilakukan antara lain:
- Mengoptimalkan dana BOS dan bantuan sosial pendidikan langsung ke sekolah umum.
- Menyediakan ruang khusus di sekolah negeri untuk layanan dukungan bagi siswa miskin.
- Mengirim guru-guru terbaik ke daerah tertinggal untuk memastikan mutu pengajaran merata.
Dengan cara ini, semua anak bisa belajar di tempat yang sama, mendapatkan hak yang sama, dan tetap merasa menjadi bagian dari masyarakat yang setara.
Jangan Biarkan Mereka Merasa 'Berbeda' Sejak Dini
Kita tentu sepakat bahwa anak-anak dari keluarga miskin berhak mendapatkan masa depan yang lebih baik. Namun, langkah yang diambil harus benar-benar inklusif, tidak malah mempertegas garis pemisah.
Pendidikan bukan hanya soal ruang kelas dan buku pelajaran, tapi juga tentang membentuk rasa percaya diri, membangun mimpi, dan menjalin relasi sosial. Jika sejak kecil mereka sudah ditempatkan di ruang yang terpisah, bagaimana mereka bisa merasa setara di kemudian hari?