Setiap menjelang Hari Raya Idulfitri, istilah Tunjangan Hari Raya (THR) menjadi perhatian utama pekerja dan perusahaan.Â
Namun, di sejumlah daerah, THR bukan hanya tentang hak karyawan, tetapi juga menjadi 'Tekanan Hari Raya'. Sebuah fenomena premanisme musiman di mana kelompok tertentu meminta jatah kepada pengusaha dengan dalih "uang keamanan" atau "sumbangan lebaran."
Fenomena ini bukan sekadar kabar burung. Media sosial ramai dengan laporan dari pemilik usaha yang merasa ditekan oleh kelompok-kelompok tertentu, baik yang mengatasnamakan organisasi kemasyarakatan (ormas), kelompok preman lokal, hingga oknum tertentu yang merasa berhak atas ‘jatah lebaran.’
Premanisme THR: Dari Dalih Solidaritas hingga Intimidasi
Modus yang digunakan bervariasi. Ada yang datang dengan gaya santun, membawa proposal sumbangan lebaran seolah-olah ini adalah bagian dari tradisi berbagi. Namun, tak sedikit yang secara terang-terangan melakukan intimidasi, baik secara verbal maupun dengan ancaman terselubung.
Seorang pemilik toko grosir yang enggan disebutkan namanya, mengungkapkan bahwa tiap tahun ia harus menyisihkan uang "THR" untuk sekelompok orang yang datang dengan alasan "keamanan." Jika menolak, mereka mengancam akan mengganggu operasional usaha atau bahkan membuat kerusuhan kecil.
"Mereka datang baik-baik, tapi kalau kita nolak, besok ada aja kejadian, dagangan diacak-acak atau pelanggan jadi takut datang. Ini bukan lagi sedekah, tapi upeti," ungkapnya.
Fenomena ini juga ditemukan di industri transportasi, perhotelan, dan UMKM. Beberapa kelompok preman bahkan mematok nominal tertentu yang harus dibayar oleh pengusaha, seolah-olah ini adalah kewajiban yang tidak tertulis.
Mengapa Premanisme THR Sulit Diberantas?
Fenomena premanisme yang kembali mencuat setiap menjelang lebaran bukan tanpa sebab. Berikut beberapa faktor yang membuat praktik ini terus bertahan:
Kurangnya penegakan hukum yang tegas. Meskipun ada laporan, banyak korban takut melapor karena khawatir akan ada pembalasan. Sementara itu, oknum aparat yang seharusnya melindungi malah ikut terlibat atau menutup mata.
-
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!