Mohon tunggu...
Nuning Sapta Rahayu
Nuning Sapta Rahayu Mohon Tunggu... Guru Pendidikan Khusus/Penulis/Asesor/Narasumber

Guru Pendidikan khusus, Penulis Buku Panduan Guru Pengembangan Komunikasi Autis, aktivis pendidikan dan pecinta literasi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

THR, Tunjangan atau 'Tekanan Hari Raya'? Fenomena Premanisme Bermodus Lebaran

20 Maret 2025   08:00 Diperbarui: 20 Maret 2025   13:39 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Meminta Uang (Sumber: freepik.com)

Setiap menjelang Hari Raya Idulfitri, istilah Tunjangan Hari Raya (THR) menjadi perhatian utama pekerja dan perusahaan. 

Namun, di sejumlah daerah, THR bukan hanya tentang hak karyawan, tetapi juga menjadi 'Tekanan Hari Raya'. Sebuah fenomena premanisme musiman di mana kelompok tertentu meminta jatah kepada pengusaha dengan dalih "uang keamanan" atau "sumbangan lebaran."

Fenomena ini bukan sekadar kabar burung. Media sosial ramai dengan laporan dari pemilik usaha yang merasa ditekan oleh kelompok-kelompok tertentu, baik yang mengatasnamakan organisasi kemasyarakatan (ormas), kelompok preman lokal, hingga oknum tertentu yang merasa berhak atas ‘jatah lebaran.’

Premanisme THR: Dari Dalih Solidaritas hingga Intimidasi

Modus yang digunakan bervariasi. Ada yang datang dengan gaya santun, membawa proposal sumbangan lebaran seolah-olah ini adalah bagian dari tradisi berbagi. Namun, tak sedikit yang secara terang-terangan melakukan intimidasi, baik secara verbal maupun dengan ancaman terselubung.

Seorang pemilik toko grosir yang enggan disebutkan namanya, mengungkapkan bahwa tiap tahun ia harus menyisihkan uang "THR" untuk sekelompok orang yang datang dengan alasan "keamanan." Jika menolak, mereka mengancam akan mengganggu operasional usaha atau bahkan membuat kerusuhan kecil.

"Mereka datang baik-baik, tapi kalau kita nolak, besok ada aja kejadian, dagangan diacak-acak atau pelanggan jadi takut datang. Ini bukan lagi sedekah, tapi upeti," ungkapnya.

Fenomena ini juga ditemukan di industri transportasi, perhotelan, dan UMKM. Beberapa kelompok preman bahkan mematok nominal tertentu yang harus dibayar oleh pengusaha, seolah-olah ini adalah kewajiban yang tidak tertulis.

Mengapa Premanisme THR Sulit Diberantas?

Fenomena premanisme yang kembali mencuat setiap menjelang lebaran bukan tanpa sebab. Berikut beberapa faktor yang membuat praktik ini terus bertahan:

  1. Kurangnya penegakan hukum yang tegas. Meskipun ada laporan, banyak korban takut melapor karena khawatir akan ada pembalasan. Sementara itu, oknum aparat yang seharusnya melindungi malah ikut terlibat atau menutup mata.

  2. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
    Lihat Lyfe Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun