Teruntuk Puteriku Tercinta
Nak,
Saat ibu pertama kali mengetahui bahwa dirimu tumbuh di dalam rahim ini, dunia seakan penuh dengan warna yang lebih indah dari sebelumnya. Ibu tak bisa menggambarkan betapa bahagianya perasaan ini ketika dokter memberi tahu bahwa engkau adalah seorang anak perempuan. Bidadari kecil yang selama ini ibu nantikan.
Sembilan bulan ibu menjagamu dengan penuh cinta. Merasakan setiap gerakan kecilmu, menanti dengan harap-harap cemas akan hari kelahiranmu.Â
Dan ketika akhirnya tangisan pertamamu memenuhi ruangan, ibu tahu, hidup ibu tak akan pernah sama lagi. Sejak hari itu, ibu berjanji akan mencintaimu dengan segenap hati, menjaga dan merawatmu dengan segenap jiwa.
Nak, ibu melihat setiap langkah pertamamu, mendengar tawa pertamamu, dan memelukmu erat setiap kali kamu menangis. Ibu menyusui, menimang, dan mengusap kepalamu dengan penuh kasih. Setiap malam ibu berdoa agar kamu tumbuh sehat dan bahagia. Tak pernah ada hari di mana ibu tak ingin memberikan yang terbaik untukmu.
Saat kamu sakit, sakit itu pulalah yang ibu rasakan. Ingin rasanya meminta Tuhan melimpahkan sakit itu pada ibu saja, tidak padamu. Setiap detik ibu menjaga dan menunggu kembali senyum cantikmu itu. Karena disanalah letak kebahagiaan ibu.
Namun, hidup tak selalu mudah, sayangku..
Hari itu, dunia ibu seakan runtuh. Kecelakaan itu merenggut banyak hal dari kita. Melihatmu terbaring kesakitan, mendengar tangisanmu, adalah hal paling menyayat hati bagi ibu.Â
Apalagi ketika dokter mengucapkan vonis yang begitu berat untukmu. Kata "cacat" itu membuat dunia seakan berhenti berputar. Pagi terasa kelam, malam terasa begitu panjang, dan rasanya ibu tak ingin menatap hari esok.
Tapi ibu tahu, ibu tak boleh menyerah dan tak akan pernah menyerah. Kita berjuang bersama, dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain, dari satu kota ke kota lain, menjalani operasi demi operasi, terapi demi terapi. Semua ibu lakukan dengan satu alasan: karena ibu mencintaimu tanpa batas.Â