Mohon tunggu...
Nuning Sapta Rahayu
Nuning Sapta Rahayu Mohon Tunggu... Guru Pendidikan Khusus/Penulis/Asesor/Narasumber

Guru Pendidikan khusus, Penulis Buku Panduan Guru Pengembangan Komunikasi Autis, aktivis pendidikan dan pecinta literasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tak Mau Tertipu Lagi: Andai Shell atau Vivo Sudah Masuk Kecamatan, SPBU Pertamina Mungkinkah Ditinggalkan?

28 Februari 2025   12:00 Diperbarui: 28 Februari 2025   12:46 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kekecewaan Masyarakat (Sumber:AI)

Kekecewaan masyarakat terhadap SPBU Pertamina kembali memuncak setelah skandal pengoplosan BBM Pertamax oleh oknum SPBU mencuat ke publik. 

Kepercayaan yang tersisa semakin luntur, dan kini banyak orang mulai bertanya-tanya: "Seandainya Shell atau Vivo sudah hadir di lebih banyak daerah, apakah kita masih mau bertahan dengan Pertamina?"

Selama bertahun-tahun, masyarakat tidak memiliki banyak pilihan selain membeli BBM dari SPBU Pertamina. 

Tetapi dengan maraknya isu korupsi, pengoplosan, dan ketidakjujuran dalam pelayanan, pertanyaan besar pun muncul: apakah Pertamina memang layak menjadi satu-satunya pilihan?

Dikhianati di SPBU Sendiri

Bagi pengguna kendaraan, bahan bakar bukan hanya soal harga, tetapi juga soal kualitas dan kejujuran penyedia layanan. Selama ini, banyak orang percaya bahwa membeli Pertamax berarti mendapatkan bahan bakar dengan kualitas lebih baik. Mereka rela membayar lebih mahal demi menjaga performa mesin kendaraan.

Namun, skandal terbaru membuktikan bahwa kepercayaan itu telah dikhianati. Sejumlah SPBU diduga mengoplos Pertalite dengan BBM beroktan lebih rendah, tetapi menjualnya sebagai Pertamax dengan harga lebih tinggi. 

Konsumen membayar mahal, tetapi yang didapatkan justru BBM berkualitas buruk yang bisa merusak mesin kendaraan dalam jangka panjang.

Ini bukan pertama kalinya masyarakat dikecewakan oleh SPBU Pertamina. Sebelumnya, ada banyak laporan tentang pengurangan takaran BBM, di mana jumlah bahan bakar yang masuk ke tangki kendaraan tidak sesuai dengan angka di pompa. 

Praktik curang ini sudah sering terjadi, tetapi masih terus berulang seolah tidak ada sanksi yang benar-benar membuat jera.

Tak heran, banyak orang kini merasa seperti dipaksa setia kepada Pertamina, bukan karena kualitasnya, tetapi karena mereka tidak punya pilihan lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun