Mohon tunggu...
Nuning Listi
Nuning Listi Mohon Tunggu... Wiraswasta - ibu rumah tangga

Seorang ibu rumah tangga biasa yang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Berpecah Belah karena Dunia Maya

27 Agustus 2019   15:29 Diperbarui: 27 Agustus 2019   15:36 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kejadian di Surabaya, tapi demo besar pecah di Manokwari dan beberapa tempat di Papua. Sebagian besar karena perlakuan aparat di Jawa Timur dianggap berlebihan dan rasis terhadap sekelompok pemuda Papua.

Saya paham perasaan teman-teman Papua yang berada di Jawa Timur. Perlakuan aparat dan beberapa pihak pada teman-teman mungkin tidak pada tempatnya atau bisa dibilang tindakan aparat di luar kapasitas sebagai aparat. Tetapi, saat hal itu terjadi, seharusnya teman-teman di Jatim tetap melihatnya dalam koridor obyektif.

Karena nanti pasti ada proses hukum yang menanti. Yaitu siapapun yang salah dalam peristiwa di Malang dan Surabaya akan diproses hukum. Proses hukum biasanya bersifat netral dalam melihat peristiwa dan taat pada ketentuan-ketentuan yang sudah ada. Karena itu untuk kasus apapun, sebenarnya. Pihak yang benar tak perlu merasa terbeban untuk memproses sesuatu berdasarkan hukum yang berlaku.

Narasi yang mungkin tertuang bernada marah dan sedih yang disampaikan melalui medsos dari teman-teman atas peristiwa itu sewajarnya memang terjadi. Karena bagaimanapun itu peristiwa yang dialami teman-teman sendiri.

Namun apa yang disampaikan melalui medsos itu menimbulkan efek yang tidak ringan. Karena secara emosi, beberapa orang atau keluarga bisa merasakan / berempati terhadap apa yang sedang dihadapi. Tetapi sebagian lainnya, sifat empatif itu berlebihan sehingga membakar emosi dan membuat banyak orang turun ke jalan untuk berunjuk rasa.

Unjuk rasa ini mengejutkan banyak pihak karena besar dan menimbulkan kekacauan pada pagi itu. Beberapa ban dibakar , beberapa sudut kota terblokir karena unjuk rasa di Manokwari itu. Tak hanya itu unjuk rasa juga menyebar ke Sorong dan Jayapura untuk hal yang sama. Beberapa unjuk rasa skala kecil terjadi di beberapa kota di Jawa dan Sulawesi.

Persoalan Papua jadi viral di media sosial dan menimbulkan perdebatan lagi di tingkat nasional. Menimbulkan perbantahan yang mengarah ke debat kusir, termasuk soal kemungkinan referendum untuk Papua. Mungkin kita perlu melihat lagi sejarah, bagaimana Papua bisa masuk ke Indonesia.

Saat itu, Indonesia yang sudah merdeka pada tahun 1945 mengalami revolusi. Revolusi keras itu membawa konsekwensi banyak korban berjatuhan. Korban itu terbanyak dari warga Indonesia yang berjuang dengan senjata tak imbang dengan Belanda. Di Surabaya adalah tempat paling heroic yang bisa menjadi sejarah terbaik revolusi Indonesia yang terjadi pada masa itu.

Setelah dialog dianggap selesai pada 1949 dimana Belanda menyerahkan sebagaian Nusantara kepada pemerintah Indonesia, masih menyisakan masalah Papua. Papua saat itu dinamakan Papua Barat dan masih dalam jangkauan Belanda.

Barulah pada tahun 1963 melalui serangkaian dialog dan perjuangan dari beberapa pahlawan Papua dan pemerintah Indonesia, akhirnya Papua kembali masuk dalam negara kesatuan republik Indonesia. Artinya secara sah Papua sudah masuk ke dalam pangkuan Ibu Pertiwi.

Karena itu kita harus paham bahwa persoalan Papua sebenarnya sudah selesai karena mereka menginginkan masuk ke NKRI. Janganlah peristiwa di Jatim kemarin menjadi bibit pemecah untuk negara kesatuan Republik Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun