Mohon tunggu...
Nastiti Cahyono
Nastiti Cahyono Mohon Tunggu... Editor - karyawan swasta

suka menulis dan fotografi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jadilah Generasi Cerdas dalam Memaknai Keberagaman Indonesia

13 April 2019   08:55 Diperbarui: 13 April 2019   09:07 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia adalah negara yang majemuk. Berbagai macam karakter dari suku-suku yang ada, membuat keragaman negeri ini begitu besar. Namun di dalam keragaman itu, telah mengantarkan Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Disisi lain, ada juga penduduk Indonesia yang memilih keyakinan yang berbeda. Hal ini tidak masalah, karena memang negeri ini bukanlah negara agama, tapi Indonesia adalah negara yang beragama. Yang mengakui banyak agama, dari Islam, Hindu, Budha, Katolik, Protestan dan Konghucu.

Sebagai seorang muslim, menjaga negara dari kehancuran dan keburukan harus dilakukan oleh setiap muslim. Karena mencintai tanah air sebagian dari iman, "Hubbul-wathan-Minal-Iman". Dan salah satu bibit yang bisa berpotensi menghancurkan negeri ini adalah maraknya ujaran kebencian dan kebohongan. Tak dipungkiri, seiring dengan adanya kemajuan teknologi, penyebaran hate speech dan hoaks serta propaganda radikalisme terus merebak di sosial media. Dampak dari penyebaran ini telah membuat banyak pihak menjadi korban. Tidak hanya generasi dewasa, kalangan remaja pun mulai banyak menjadi korban provokasi hoaks dan kebencian.

Banyak anak muda yang menjadi penyebar hoaks. Banyak pula yang menjadi simpatisan kelompok radikal, karena telah terpapar propaganda radikalisme dan intoleransi. Tidak sedikit diantara mereka yang terpapar, berani melakukan tindakan teror yang telah menjadikan masyarkat tak berdosa menjadi korban jiwa. Ingat, kita adalah negara yang toleran dan mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan. Tidak perlu saling membenci hanya karena berbeda pandangan. Tidak perlu saling bersekusi, hanya karena berbeda keyakinan. Mari kita saling berdampingan dalam keragaman yang ada.

Jika kita lihat yang terjadi saat ini, seseorang bisa dengan mudah saling menjelekkan di media sosial. Saling mencari kesalahan tanpa berpikir panjang. Budaya saling menghargai seakan mulai luntur hanya karena kepentingan sesaat. Terlebih untuk urusan politiik seperti sekarang ini, hanya karena ingin mendapatkan keuntungan, seseorang rela menjadi penyebar hoaks dan kebencian.

Mari kita introspeksi. Tidak ada tradisi dalam budaya kita yang mengedepankan kebencian dan kebohongan. Tidak ada pula tradisi intoleran. Seandainya perbedaan pandangan yang berujung pada terjadinya konflik, seperti yang biasa terjadi di suku-suku pedalaman, mereka juga mempunyai tradisi saling memaafkan. Dan tradisi itu masih dipegang hingga saat ini. Lalu, jika masyarakat di pedalaman bisa melakukan itu, semestinya kita yang tinggal diperkotaan juga bisa melakukan hal yang sama.  

Ingat, nilai-nilai kearifan lokal yang ada di masyarakat telah diadopsi dalam sila-sila Pancasila. Dan Pancasila telah disepakati sebagai dasar negara. Dan menjalankan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, tidak melanggar ajaran agama, juga tidak melanggar aturan yang ada. Justru Pancasila bisa menyatukan keragaman yang ada. Pancasila juga bisa menguatkan persatuan dalam keragaman suku yang tersebar dari Aceh hingga Papua. Generasi penerus di era milenial ini, harus menjadi perisai Pancasila. Karena dengan menjaga Pancasila, berarti kita menjaga Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun