Pada usia di bawah 4 tahun, umumnya anak cenderung memiliki sifat egosentris. Sejak usia 1 tahun, alam bawah sadar anak sudah bisa menyerap apa yang dilakukan orang tua maupun orang di sekitarnya. Di sinilah peran penting orang tua dalam menanamkan nilai toleransi kepada anaknya, terutama menstimulasi agar anak siap menerima keberadaan orang lain dan yang berbeda dari dirinya.
Sikap orang tua yang memperlihatkan toleransi dan kebaikan setiap hari di rumah mapun di luar rumah, akan memberikan pengaruh besar terhadap anak. Ada empat cara mengajarkan toleransi pada anak:
Pertama, perkenalkan keragaman agama. Anda bisa mulai dengan memberi pengertian bahwa ada beragam suku, agama, dan budaya yang merupakan kehendak Tuhan. Beri tahukan pada buah hati, meskipun orang lain memiliki agama atau suku yang berbeda, manusia sebenarnya sama dan tidak boleh dibeda-bedakan. Memperkenalkan keragaman se dini mungkin nantinya bisa memupuk jiwa toleransi si anak.
Kedua, ajarkan untuk tidak membenci perbedaan agama. Kebencian yang tercipta dari perbedaan akan membuat hati sedih dan menyakiti hati orang lain. Cobalah ajak anak untuk berandai-andai jika dia dibenci orang. Dengan begitu anak akan lebih berempati terhadap orang lain.
Ketiga, beri contoh. Jangan hanya memberitahunya lewat kata-kata, tetapi berikan juga contoh nyata. Jika bertemu seseorang menggunakan simbol agama yang cukup ekstrem atau seseorang yang memiliki warna kulit berbeda, jangan memandangnya dengan penuh keanehan, apalagi mengatakan sesuatu yang bernada kebencian dan ledekan. Ingatlah bahwa orang tua adalah contoh bagi anak. Bersikaplah seperti biasa dan jika anak bertanya, berikan penjelasan yang bijak dan penuh kasih.
Keempat, beritahukan pada anak bahwa sikap toleransi itu sangat dibutuhkan. Jika tidak ada sikap toleransi, banyak orang yang akan bermusuhan dan saling membenci.
Pada intinya, sikap toleransi dan intoleran adalah sesuatu yang direkam dan dipelajari. Jika orang tua mempermasalahkan perbedaan, anak-anak akan mengikutinya. Pengajaran tentang toleransi adalah tanggung jawab orang tua, dan hal itu perlu dilakukan secara serius.
Nuning Ernawati, Mahasiswi Ipmafa, Kelompok KKN-MDR DEAGUNA IPMAFA PATI