Kesimpulan
Manajemen emosi yang diintegrasikan dalam kerangka kecerdasan emosional, bukan lagi sekadar soft skill tambahan, melainkan kompetensi inti yang membedakan antara manajer dan pemimpin yang sejati. Kemampuan untuk mengenali, memahami, dan mengatur emosi diri sendiri, serta merespons emosi orang lain secara efektif, memungkinkan pemimpin untuk menumbuhkan lingkungan kerja yang produktif, adaptif, dan berkelanjutan. Investasi dalam pengembangan EQ, khususnya manajemen emosi, melalui pelatihan dan refleksi diri, terbukti secara ilmiah berkorelasi positif dengan peningkatan efektivitas kepemimpinan, kepuasan kerja, dan kinerja organisasi secara keseluruhan.
Kecakapan dalam mengelola emosi diri dan orang lain memungkinkan pemimpin untuk membina hubungan yang kuat, menginspirasi, dan menavigasi kompleksitas organisasional dengan kejelasan dan ketenangan, yang pada akhirnya mengarah pada pencapaian tujuan bersama yang lebih efektif.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI