Bulan Mei 2021 ini nasabah bank dikejutkan adanya biaya penarikan ATM melalui fasilitas Link atau Atm bersama jaringan Bank BUMN dari yang katanya gratis menjadi berbiaya sekali transaksi Rp. 5.000,-. Baiklah, kok kesannya dramatis. Para nasabah biasa-biasa saja ada kenaikan biaya transaksi fasilitas ATM jaringan Link perbankan BUMN.
Di balik itu, sejatinya ada yang lebih mengejutkan. Oh baiklah, di balik itu ada yang biasa-biasa saja.
Yakni bunga deposito merosot dari kisaran 3-6 % per tahun, menjadi 2 - 3% per tahunnya. Data ini sangat valid hawong saya ngecek langsung di Bank pada tanggal 20 Mei 2021 yang lalu. Ada bank pemerintah yang mematok bunga deposito 2,75%. Bandingken dengan bunga deposito saat krismon 1998 yang sempat di kisaran 75% sampai dahsyat bagaikan gelombang tsunami ekonomi ketika itu.
Jadi kalau nilai inflasi setiap tahun saat ini adalah 5 %, maka uang tidak bergerak sama sekali. Sementara mau dibelanjakan sebagian harga komoditas juga terus merangkak naik.
Ganti Instrumen Investasi
Berbeda dengan pantauan saya atas bunga deposito, simpanan emas justru tidak kenal surut. Sekitar 3 tahun yang lalu dalam pantauan saya ada transaksi emas senilai 185 juta dalam skema kredit emas syariah, ketika jatuh tempo emas tertebus harga emas sudah bertengger di kisaran 245 juta. Ini selisihnya luar biasa yang membuat nasabah kaget tapi senang, tapi kalau mau dijual maka ya gak bisa beli dengan harga sama.
Namun saat ini transaksi emas sampai ke minigold bukan sekedar emas ANTAM yang berat-berat itu. Sebagian malah sudah ada yang mengoleksi dirham dan dinar.
Bagaimana dengan reksadana dan saham?
Wah posisi Mei 2021 ini sedang sama-sama hancurnya. Tidak boleh beli? Boleh beli saja kalau ada wangnya. Mungkin justru akan beruntung dapat harga miring akibat berjatuhannya harga saham di saat ini. Merah mulu..... bagi tipe saving person, merahnya membuat berat banget. Sebagai contoh saham X dulu di kisaran 10 ribuan, lha kok saat ini jatuh berguling guling hingga di kisaran 5 ribuan.