Sebenarnya ada geger lokal di Kompasiana. Ketika seorang Kompasianer merasa "tidak terima" karena sudah capek capek mengalokasikan waktu tenaga dan pikiran bahkan sudah masuk klaster AU (Artikel Utama) ternyata tidak berkorelasi dengan perolehan K-Rewards. Akhirnya kompasianer tersebut "menantang" admin untuk menulis artikel utama sebagaimana ia "merasa" sebagai ahlinya ahli penulisan artikel. Hehehe.. maaf, bercanda agak sarkastis ini.. namun yang melintas kira-kira dapat demikian.
Silakan lihat link di sini :
Admin, Yuk Gantian Menerima Challenge dari Saya
Di sisi lain, ada juga kompasianer yang merasa biasa-biasa saja dan eh lha dalah malahan dapat viewer banyak dan mendapatkan k-rewards yang lumayan. Setidaknya lebih besar dari pemilik centang biru yang sedang tidak happy karena k-rewards sedikit. Padahal, proses publikasi liberal ala Kompasiana sebenarnya sangat memungkinkan orang menulis apa pun. Sehingga, memang ada juga penulis "serba bisa" yang semua objek tulisan dikemas dan dipublikasikan ke Kompasiana.
Ya risikonya, positif dalam hal ini, viewernya akan sangat banyak karena segmentasi pembaca semakin beragam. Meskipun, bisa jadi artikel itu bukan AU, dan penulisnya bukan kriteria centang biru.
Ada juga yang membandingkan dengan youtuber versus blogger :
Baru Aku Sadar Nasib Bloggers Lebih Ngenes dari Youtuber
PENJARA BARU
Saya melihat ada gejala "penjara" baru bagi penulis yang punya target-target tertentu. Misalnya target mendapatkan centang biru, maka penulis akan berkeringat berpikir berdzikir berusaha sekuat jiwa untuk melahirkan karya yang diharapkan menjadi Artikel Utama. Ya positif juga kalau penulisnya memang murni mengejar "kualitas", dan bukan yang lain.
Ada juga yang memenjarakan dirinya pada jumlah viewer, sehingga mencari semua cara agar viewernya semangkin banyak semangkin luas. AKhirnya semua topik dilahap, ya tetap positif sepanjang penulisnya tidak tersiksa karena tema loncat sana loncat sini.
Padahal, Kompasiana sudah dirancang bebas-sebebasnya. Jadi harusnya, yang mengharuskan paling ya hanya saya lho ya, semua penulis di Kmpasiana bahagia selama-lamanya. Tidak tergantung jumlah viewer, tidak tergantung jumlah AU, tidak harus centang biru, tidak takut dengan google metrics, dan sebagainya. (Hehehe.. sok bijak ya....)
Sama dengan penjara Kompasiana. Ketika penulisnya penuh target, maka itu penjadi penjara bagi penulisnya. (Kapokmu kapan bro........)
Saya juga melihat ada "gerakan klandestein" yang saling berjapri-japrian membentuk skuad penulisan dengan target tertentu. Wowow...... ini lebih dahsyat ketimbang pendengung atau buzzer, karena lika liku sihir katanya akan meliuk diikuti pembaca. Tidaklah heran, kalau sebagian admin membelokkan Kompasiana ke arah yang soft dan membumi, yakni Lyfe, Hiburan, Gaya Hidup, Wisata, Fiksiana, dan lain sebagainya.
Singkat cerita, hidup hidupkanlah Kompasiana, jangan cari penghidupan di Kompasiana (walahhh.... malah ngelarang larang barang.....ini mah plesedan dari slogan Muhammadiyah)..
Merdeka menulis merdeka dari penjara, selamat berekspresi bebas di Kompasiana.
Selamat menyambut Ramadhan 1442 H. (11.04.2021/Endepe)