Teori Pareto yang kesohor memang memetakan angka 100% dalam distribusi 20 - 80. Terapannya sangat banyak. Bahwa hidup ini dikendalikan oleh negara yang jumlahnya kurang dari 20% jumlah negara di dunia.
Hitunglah pemilik hak veto. Dan sampai sekarang terbukti memang hanya segelintir negara yang mampu mengontrol dunia. Sebutlah Rusia, China, Amerika, UK, Perancis, dan .. ya sebutlah sendiri. Bagaimana posisi Indonesia? YA yang penting alhamdulillah.. masih subur makmur.
Teori Pareto ini juga berlaku dalam daya serap akademik dan penggunaan formal atas disiplin keilmuan. Daniel Goleman, penemu frasa Kecerdasan EMosional (EQ) mengatakan, bahwa kemampuan akademik hanya berkontribusi sebesar 20% dari sukses hidup.
Sebesar 80% sukses hidup didukung oleh adanya kecerdasan emosional, yang kalau dalam bahasa awam ya fleksibilitas. Orang yang cerdas secara emosi itu biasanya fleksibel, tidak ngototan, tidak serba harus, dan pandai beradaptasi dengan lingkungan.
Meskipun kalau orang yang terlalu fleksibel, ya akhirnya bingung sendiri sebenarnya spesialisasinya apa. Bingung boleh, yang penting sejahtera damai aman selamat sentosa.
Ada 3 contoh nyata bahwa pekerjaan tidak sesuai bidang, atau salah profesi. Salah profesi atau bekerja tidak sesuai bidang ilmu? Waduh,.. yang benar adalah fleksibilitas profesi.
(1) Kisah Paman Gober
Paman Gober ini nama samaran. Sarjana S1 nya psikologi, s2 nya di Belanda. Bukan psikologi. Bayangkan kalau psikologi kan harusnya dekat dengan konseling, klien, stress, depresi, rumah sakit jiwa, dan lain sebagainya. Namun si Paman Gober ini malah ngurusi perusahaan ekspor impor mobil, lantas pindah ke perusahaan layanan kapal niaga, dan juga sibuk di organisasi bisnis pelayaran. Hubungannya dengan psikologi apa coba?
YA ada juga: pandai membawa diri, leadership, motivasi kerja, prestasi, team building, dan lain sebagainya.
Namun Paman Gober masih harus belajar: negosiasi bisnis, laporan keuangan, pemasaran, hubungan antar lembaga, ekonomo makro, dan lain sebagainya.