Akhirnya kran kebijakan terkait operasional Badan Usaha Pelabuhan (BUP) yang dapat beroperasi kepada layanan komersial umum semakin dibuka lebar. Pemerintah dikabarkan banyak terus berupaya mendatangkan investasi guna memperlancar pembangunan sejumlah infrastruktur di dalam negeri, salah satunya proyek pelabuhan peti kemas di Jawa Timur. Kondisi eksisting, ada Pelabuhan Tanjung Perak, Pelabuhan Terminal Petikemas Surabaya (TPS), Pelabuhan Manyar JIIPE, dan juga pelabuhan lain yang mengoperasikan layanan umum antar pulau (inter island shipping).
(lihat link).
Dalam kaitannya dengan ini, pada hari Jumat 5 Maret 2021 yang lalu, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi bersama Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan turut menghadiri acara Business Forum Indonesia Emirates Amazing Weeks.
Di sana, beliau berdua menyaksikan penandatanganan kerjasama antara Dubai Ports World dengan PT Maspion Indonesia.
Pak Budi, menteri Perhubungan mengatakan bahwa proyek pelabuhan tersebut ditargetkan rampung pada tahun 2022 dan segera dapat beroperasi di tahun itu juga. Lantas, pelabuhan ini diharapkan mampu menampung 3 juta kontainer dengan luas terminal 100 hektare kawasan industri.
Tentu ini sebuah langkah prestisius yang perlu disambut dengan antusias. Artinya pasar layanan pelabuhan terhadap petikemas semakin ramai, berebut lintas instansi termasuk BUMN Pelabuhan yang sudah lama beroperasi di Jawa Timur.
Ada 3 poin catatan saya yang barangkali bisa dianggap sebagai mangayubagyo acara tersebut;
(1) Berdirinya PT Pelabuhan Indonesia Maspion dapat dikatakan sebagai upaya pemerintah untuk memacu kompetisi dalam layanan komersial pelabuhan. Ibarat menyediakan banyak terminal, maka asumsi di sini dapat digunakan semakin banyak terminal semakin baik. Lintas terminal pelabuhan, akan berlomba-lomba memberikan layanan tercepat terbaik terakurat dan terhebat. Kehadiran pemerintah di forum tersebut menunjukkan bahwa BUMN Pelabuhan disejajarkan dengan swasta untuk saling berkompetisi.
(2) Bagaimana dengan industri di zona belakangnya (hinterland)? Ini yang menjadi challenge tersendiri. Sebab jika head to head antara BUMN Pelabuhan yang sudah ada di Tanjung Perak Surabaya, lantas ada Terminal Teluk Lamong di Gresik, lantas ada JIIPE di Manyar Gresik, dan sekarang di Maspion juga di Gresik, maka pasar petikemas khususnya akan saling berkompetisi. Pelindo III dalam konferensi pers di akhir tahun 2020, mencatatkan kinerja arus peti kemas 5,08 juta TEUs atau tercapai 103 persen dari target. Sedangkan jumlah kunjungan kapal tahun lalu mencapai 284 juta GT atau tercapai 98 persen dari target. Pasar inilah yang nanti akan diperebutkan semua terminal tersebut, karena dulunya Maspion hanya melayani barangnya sendiri, dan bukan untuk umum, maka mulai sekarang BUP Maspion sudah dapat melayani semua perusahaan pelayaran maupun pemilik barang.
Jika industri di zona belakang tidak tumbuh, tidak ada pabrik pabrik baru, maka pasar akan berhenti dan terus berebut terhadap arus petikemas tersebut. Harapan kita, industri di hinterland akan tumbuh, sehingga kompetisi akan lebih sehat karena pasar lebih dinamis dengan volume traffic petikemas yang memadai.