Agama menghadirkan harapan, ada pembalasan atas semua yang kita lakukan; kebaikan sebesar atom, dan kejahatan sebesar inti atom, semua akan tercatat dan ada pembalasannya. Maka dikenal adanya Hari Pembalasan, di mana mulut tidak mampu bicara, lidah kelu membisu. Sebaliknya, tangan kaki badan perbuatan akan bersaksi, apa yang kita lakukan di dunia ini.
KAPAN KITA KENALI DIRI
Benarkan kalau kita menua alami, anggaplah sampai usia 70 an tahun, atau bahkan 80-90 an tahun lantas kita mampu mengenali diri kita secara utuh?
"Sangat sulit, sebab sampai kita wafat pun, kita tidak mampu menghitung lubang pori pori dan helai rambut, yang menurut kita itu milik kita di tubuh kita, "sahut filsuf di dalam jiwa saya.
Dengan demikian, maka almost impossible kita bisa mengenali diri kita secara 100%. Namun, kita akan dibantu dengan para utusan Tuhan, baik berpa Nabi, Rasul, Kitab, para guru yang mendapatkan pencerahan dan mewartakan keberadaan Tuhan.
Barang siapa mengenali diri sendiri, maka ia akan mengenali Tuhan.
Sementara, terhadap tubuh kita saja, kita tidak mampu mengenali dan bahkan tidak mampu mengendalikannya. Kita bisa wafat setiap saat, maka himbauan saya, tidak ada waktu lagi untuk berpura-pura kita tidak akan berpulang, segera lakukan setiap perbuatan terbaik untuk sesama manusia, kebaikan sebagai hamba Tuhan.
Karena hidup adalah ibadah, kita musafir di tengah padang dunia yang asing. Tetap berbuat produktif dengan arah yang lebih pasti; kelak kita berpulang dengan harapan ridho Tuhan Yang Maha Perkasan dan Kuasa.
Untunglah Tuhan itu ada. (13.01.2021/Endepe)