Mohon tunggu...
Dr. Nugroho SBM  MSi
Dr. Nugroho SBM MSi Mohon Tunggu... Saya suka menulis apa saja

Saya Pengajar di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Undip Semarang

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Makna Puasa bagi Umat Katolik

5 Maret 2025   09:53 Diperbarui: 5 Maret 2025   09:53 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: bhaktinusa.sdstrada.sch.id

Pada hari Rabu ini (5/3/20205) umat katolik di seluruh dunia merayakan apa yang disebut sebagai Hari Rabu Abu. Hari Rabu Abu merupakan hari  awal masa puasa dan pantang menyambut Hari Raya Paskah. Kebetulan umat mulim juga sudah berpuasa terlebih dahulu untuk menyambut Idul Fitri. Memag hampir semua agama mengajarkan umatnya untuk berpuasa.

Bagi umat katolik masa puasa dan pantang merupakan masa pertobatan dan diingatkan untuk beberapa hal. Pertama, manusia diingatkan sebagai manusia yang rapuh dan berdosa di hadapan Tuhan.  Peringatan bahwa manusia itu rapuh ditandai dengan tanda abu di dahi oleh Romo atau Prodiakon pada saat misa Rabu abu dan disertai dengan ucapan "Ingatlah bahwa manusia berasal dai abu dan akan kembali menjadi abu" (Kejadian 3:14).

Kedua, manusia diingatkan bahwa ia adalah pendosa. Baik itu dosa besar (istilahnya dosa yang membawa kepada kematian kekal) maupun dosa kecil. Manusia diingatkan untuk selalu menyesali dosa-dosanya. Bagi umat Katolik ada sakramen tobat yang berfungsi untuk pengakuan dosa yang dilayani oleh imam. Dalam pengakuan dosa itu umat mengakukan dosa-dosanya daan nanti akan diberi denda atau silih atas dosa-dosanya itu. Imam tidak boleh membocorkan dosa yang diakukan oleh umat. JIka melanggar maka imam akan dikenakan eks komunikasi yaitu hukuman tidak boleh menjalankan tugasnya sebagai imam sampai hukuman terberat adalah diberhentikan sebagai imam.

Ketiga, puasa dan pantang bagi umat Katolik tidak hanya membentuk kesalehan pribadi tetapi juga kesalehan sosial. Artinya puasa dan pantangnya tidak hanya berguna untuk membentuk kembali pribadi yang bersangkutan menjadi suci kembali tetapi juga ikut berbela rasa bagi sesamanya dengan cara menyisihkan rejeki dari pantang dan puasanya untuk membantu saudara-saudaranya yang kekurangan. Upaya menisihkan rejeki itu tidak akan menambah pengeluarannya sebab dengan berpuasa dan pantang seorang umat katolik mengurangi pengeluarannya untuk makan sehingga sisa pengeluarannya itulah yang kemudian dikumpulkan dan diberikan kepada mereka yang membutuhkan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun