Mohon tunggu...
Dr. Nugroho SBM  MSi
Dr. Nugroho SBM MSi Mohon Tunggu... Dosen - Saya suka menulis apa saja

Saya Pengajar di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Undip Semarang

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Kiat Marah yang Benar Bagi Pemimpin

24 Mei 2024   00:38 Diperbarui: 24 Mei 2024   00:43 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: kumparan.com

Sebagai direktur perusahaan atau pemimpin di tempat kerja sering kita marah karena pekerjaan karyawan atau bawahan kita yang tidak beres. Namun jika ingin marah pertimbangkanlah secara matanag agar kemarahan kita itu baik bagi perbaikan perusahaan ke depannya.

Pertama, marahlah hanya kepada karyawan yang melakukan kesalahan tersebut. Banyak pemimpin organisasi maupun perusahaan yang marah tidak kepada karyawan yang bersangkutan. Misalnya dalam sebuah rapat pemimpin tersebut marah-marah kepada semua karyawan padahal maksudnya ia hanya perlu marah kepada seorang karyawan saja. Ini membuat karyawan lain menjadi tidak nyaman dan suasana kerja juga tidak nyaman. Bahkan mungkin juga marah daam hatinya dengan berkata: "Mengapa saya juga kena marah? Kan hanya seorang yang melakukan kesalahan?"

Kedua, jika memunkinkan jangan memarahi karyawan yang bersalah di depan umum atau rekan kerjanaya. Sebab jika memarahi karyawan yang bersalah di depan rekan kerja atau teman kerjanya maka ia akan merasa dipermalukan dan membuat harga dirinya jatuh. Mungkin ia akan stress sehingga justru bukan perbaikan terhadap kesalahannya yang akan terjadi tetapi ia akan mengulangi kesalahannya karena tidak fokus dalam bekerja. Maka sebaiknya tegur atau maraahilah dia sendirian di ruang yang tertutup.

Ketiga, setelah mengur atau marah maka lupakanlah kesalahan karyawan tersebut. Banyak pemimpin yang tidak punya sikap ini. Sang pemimpin selalu menyimpan kemarahannya dan kesalahan dari karyawan yang menyimpan kesalahannya tersebut. Akibatnya apapun yang dilakukan oleh karyawan tersebut selalu dianggap salah. Akibatnya justru karyawan tersebut justru produktivitas kerjanya turun.

Keempat, tempatkannlah kemarahan sebagai alternatif terakhir untuk menegur karyawan yang berbuat kesalahan. Sebab kemarahan itu tak baik baik jiwa dan raga orang yang marah. Maka jika bisa dengan jalan menasehati karyawan yang melakukan kesalahan maka lakukanlah itu dibanding dengan marah-marah.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun