Ada dua jembatan yang melambangkan kepahlawanan. Hanya berbeda masa saja.
Jembatan merah yang bersaksi tentang pengurbanan para arek Surabaya mempertahankan kemerdekaan melawan sekutu yang hendak menjajah kembali. Saking banyaknya darah tertumpah dan mewarnai maka jembatan itu dinamakan jembatan merah.
Lain lagi dengan Jembatan Semanggi. Jembatan ini juga saksi kepahlawanan setelah Orde Baru tumbang. Ada masa transisi menuju Orde Reformasi. Ada yang tak rela reformasi terjadi. Mereka ingin mempertahankan kekuasaan yang terasa enak dinikmati. Maka rakyat dan mahasiswapun bergerak untuk menegakkan reformasi. Darahpun tertumpah dua kali.
Jembatan Merah dan Jembatan Semanggi mungin perlu dihubungkan dengan satu jembatan lagi. Agar rakyat dan para penguasa negeri tak hilang memori. Bahwa demokrasi adalah harga mati yang harus tetap dijaga dengan sepenuh hati. Â Karena demokrasi sangat mahal tuk merebut dan mempertahankannya bahkan harus dengan mati.