Pada daun kering yang berserakan di teras rumahnya, Â lelaki itu mengumpat. Â
Kamu mau mengotori lagi memori masa laluku yang sudah kubersihkan ya? Â Katanya .
Yang sudah gugur dan kering di musim lalu sudah tak kuperkenalkan lagi hadir.Â
Tapi daun-daun kering itu membela diri: tuan terlalu cepat melupakan kami. Kami ini juga baru saja pucuk muda yang bersemi. Ulah tuanlah yang menyemprot kami dengan racun pestisida sehingga kami kering dan gugur.Â
Sadarlah sang lelaki bahwa ia sendirilah yang mengkelamkan masa lalu dan dengan enaknya hendak melepas tanggungjawabnya. Â Mestinya ia tak membenci daun kering yang berguguran itu tapi cukup menyapu, Â mengumpulkan, Â dan menjadikannya kompos untuk masa depannya.Â