Pada karang-karang di Pantai Marina, Â lelaki itu bersikap bimbang. Karang-karang itu menggambarkan jatuh bangun hidupnya dari dulu hingga sekarang .
Ia bimbang terhadap karang-karang itu, apakah hendak dipeluknya sebagai prasasti kenangan ataukah harapan di masa datang.Â
Jika sebagai kenangan, Â ia harus memberi tetes air matanya yang akan menyatu dengan ombak yang akan mengikis habis sang karang.Â
Namun jika sebagai harapan di masa datang, Â tentulah ia harus berlaku bagai kerang yang menempel di karang. Karang itu akan tambah besar dan kuat.Â
Akhirnya dipilihnya karang itu sebagai masa depan karena kenangan toh tak bisa diulang, sementara masa depan bisa ditata ulangÂ