Sepasang angsa menari di danau di tengah dinginnya udara. Di antara teratai air yang bunganya kuyup oleh gerimis pagi. Mereka berdua tak hirau terhadap gigil cuaca . Mungkin sedang dimabuk asmara .
Sementara saya  menyeruput kopi hangat di paviliun di tepi danau itu. Angsa berdua masih terus menari dan bernyanyi. Tapi hujan semakin deras turun ke bumi. Angsa-angsa itu mulai menggigil. Dan saya ingin berbagi kopi hangat pada mereka.
Tapi kata mereka, tak usahlah cinta kami cukup bisa menghangatkan. Sementara saya meskipun menyeruput kopi tetap saja merasa dingin yang menusuk tulang karena kesendirian yang diametral.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!