Mohon tunggu...
Nur Alfiana Isnaini
Nur Alfiana Isnaini Mohon Tunggu... Administrasi - You are entirely up to you

Miniatur Albert Einstein Aamiinn.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ini Kisah 2020

5 Agustus 2020   08:50 Diperbarui: 5 Agustus 2020   08:52 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sengaja ku tuliskan kisah ini agar suatu saat seseorang tau bahwa semua sedang merasakan sakit dan susah secara universal. Dengan posisi yang sama, kita saling berdebat, adu mulut, masalah timbul dimana-mana, dan jeritan melengking yang tak terdengar tangan kekuasaan.


Siapa sangka 2020 menjadi awal tahun yang serba mandiri?


Siapa sangka 2020 menjadi awal tahun yang semakin candu akan teknologi?


Siapa sangka 2020 menjadi awal tahun skripsi yang tak merinding lagi?


Siapa sangka 2020 menjadi awal tahun penyelarasan antara tindakan dan hati nurani?


Siapa sangka 2020 menjadi awal tahun berat bagi para putera puteri dunia ini?


Hai..ini sebuah kisah bersama. Aku merasakan dunia tak lagi menangis, karena untuk bersedihpun ia sangat takut akan kehilangan waktu bersama langit, karenanya dunia terlihat kokoh tak ada duri. Padahal, dunia sedang sakit, dunia sedang bangkit, dunia sedang merakit solusi untuk menyelesaikannya. Iya, hal itu adalah corona (Covid-19). Sebuah informasi yang membuat aku yang semula merasa aman di dunia, kini aku takut dengan dunia, aku takut untuk pergi, aku takut dengan semua.

Aku, yang setiap harinya berusaha tak telat untuk bersekolah, namun sekarang aku harus berusaha untuk tidak absen walau dengan mata terpejam. Aku, yang setiap harinya ingin bertemu orang baru, namun sekarang untuk berjabat tangan saja aku tak mau. Menghindar dari sakit. Itu alasannya. Setiap hari semakin bertambah dengki. Untuk mengobatinya mari berjabat tangan, namun sekarang sepertinya dengki lebih baik daripada tertular sebuah virus.

Benar, saat ini kami putera puteri dunia sedang mengoptimalkan pikiran, berjuang untuk terlihat tegar walau wisuda tak lagi beriringan, kehilangan cerita guru yang menyebalkan, lupa akan celotehan teman, dan berusaha mengajak ingatan untuk terus berkontribusi dalam pelajaran online. Iya, online. Millennial yang serba online, namun kami tak mau online dalam jangka waktu panjang. Kami takut tak lagi tercipta keharmonisan dalam berteman karena sudah lupa dengan menjadikan diri sebagai sosok individual sejak pandemic ini.

Namun, akankan terus berpasrah dan ikut menyorakkan let it flow? tidak. Aku akan menyuarakan let it be the best experiences that we have. Terdengar sok bijak bukan? Tidak, karena berusaha bijak dengan menopang kesedihan dalam diri itu tak mudah. Itu sulit, bahkan untuk sekedar kalimat jangan gini dan ayo kamu bisa.

Kita semua akan baik-baik saja saat berusaha mengubah tears menjadi smiles. Kita bisa dengan berusaha memutar otak untuk tetap sukses dalam waktu mendatang. Kita adalah putra putri dunia yang sangat hebat. Kita dipaksa untuk tetap produktif dengan kebutuhan yang minimalis. Kita yang sangat acuh kemudia merasa tersentil dengan keadaan seperti ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun