Mohon tunggu...
Nur Alfiana Isnaini
Nur Alfiana Isnaini Mohon Tunggu... Administrasi - You are entirely up to you

Miniatur Albert Einstein Aamiinn.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Lembaran Baru, Berwarna Biru, dan Bukan Pilu

13 Juli 2020   08:00 Diperbarui: 15 Juli 2020   15:39 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Lembaran baru yang tak benar-benar baru
Mengisi sebagian angan, cita dan mimpi
Bertemu dengan gemericik rindu baru
Namun, luka masih saja menepi

Lembaran biru berwarna biru
Konon, sang birulah yang memberi harapan
Menebar rindu, walau tak bertemu
Konon, sang birulah yang menciptakan kenangan
Merenovasi bangunan yang sudah lama semu
Iya, itulah lembaran biruku

Lembaran biru, namun bukan pilu
Sengaja aku tulis bahagia
Karena kalbu terlalu usang untuk sekedar menyapamu
Tak berani katanya.  Memang iya nyatanya.

Lembaran biruku
Ku sudah lelah dengan canda tawa biasa
Kini ku ingin yang sempurna
Namun tak pernah coba melambungkan asa

Lembaran dan Menulis? Iya, begitulah rangkaiannya.
Karena berkata menjadikanku terbujur kaku
Karena berucap menjadikanku terlalu malu
Karena berbicara menjadikanku jauh dari lugu

Tak jarang, lambungan kata sok pun ada
Luka? Sedikit.

Kalau aku tak luka dengan lidah manusia,
Maka aku layaknya mayat yang merana.
Hidup, namun tak merasa.

Tak jarang, lembaran biruku ku lihat ulang

Mungkin saja ada yang terlewatkan
Nyatanya, hati manusia mengeras bak tulang.
Mengering bak daun.
Menabung segala rasa bak bank Negara

Tak jarang pula, manusia mengasihani.
Aku tak benci mereka.
Karena objekku mulai bertambah alami.
Akupun tak sayang mereka.
Karena tulisanku terlalu rumit untuk menjadi api
Akupun tak mengharapkan mereka
Karena penaku terlalu mahal untuk ku luangkan.

Memperbaharui keadaan tak selalu jadi pilihan

Bahkan itu bisa saja bentuk pelarian

Sudahlah.. cukup..

Objekmu terlalu polos untuk menjadi bahan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun