Mohon tunggu...
I Nyoman Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen Kimia Undiksha - Hoby menanam anggur

Jalan jalan dan berkebun

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Guru Drona Modern

11 Oktober 2025   18:36 Diperbarui: 11 Oktober 2025   18:36 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber :https://x.com/MAHABHARATA_SP

Di negeri yang konon penuh para guru agung dan ksatria suci, hidup seorang brahmana benama Drona. Konon ia menguasai Veda, memahami rahasia senjata ilahi, dan menjadi guru para pangeran di Hastinapura. Di panggung sejarah, namanya diukir dengan tinta emas. Tetapi seperti yang sering terjadi, emas di luar kadang menyembunyikan karat di dalam.

Sebab di balik gelarnya sebagai guru, Drona menyimpan luka lama: kemiskinan.

Kemiskinan yang Maya, Penderitaan yang Nyata

Orang bijak pernah berkata, kekayaan hanyalah pengalaman sementara. Kita lahir tanpa membawa dompet, kita mati tanpa membawa brankas. Tetapi bagi Drona, filsafat itu seperti buku puisi di toko yang tak pernah sempat ia beli.
Ia terlalu sibuk memikirkan perut anaknya, Asvattama.

Anak itu pernah merengek ingin susu. Dan Drona, sang pemilik ribuan mantra, hanya mampu memberikan tajin---air sisa menanak nasi---dengan cinta yang pahit-pahit manis. Saking polosnya, Asvattama berteriak di luar rumah: *"Hore, aku minum susu!"* Dan tetangga-tetangga pun tertawa. Tawa yang bagi anak kecil mungkin hanya seperti hujan singkat, tetapi bagi ayahnya adalah badai penghinaan yang tak pernah reda.

Inilah ironi pertama. Orang yang mengerti Veda ternyata bisa kalah oleh segelas susu. Orang yang memegang kunci pengetahuan ilahi ternyata tersandung oleh gembok kemiskinan.

Drona pun pergi mencari kawan lamanya, Drupada, yang kini menjadi raja. Ia berharap sahabat itu akan mengulurkan tangan. Tetapi dunia sering kali memberi kita pelajaran terpenting dengan guru yang tak kita sukai. Drupada bukan hanya menolak, ia juga menertawakan. Persahabatan masa kecil ternyata tak selalu bisa dibayar dengan kenangan.

Sejak hari itu, dendam mulai tumbuh di hati Drona. Bukan dendam kecil yang akan layu oleh angin sore, melainkan dendam seperti pohon beringin---berakar dalam dan menaungi segala langkahnya.

 Ilmu dari Sang Pembantai Ksatria

Di tengah hidup yang tak jelas, Drona mencari guru lain---Parashurama, brahmana yang terkenal sekaligus pembantai ksatria. Parashurama sudah membagi semua harta kepada brahmana-brahmana lain. Tinggal senjata dan ilmunya yang tersisa. Drona pun meminta itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun