Mohon tunggu...
I Nyoman Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen Kimia Undiksha - Hoby menanam anggur

Jalan jalan dan berkebun

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Senyum yang Menyempurnakan Hidupku

16 September 2025   23:00 Diperbarui: 16 September 2025   23:00 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jalak Bali ( Sumber  : Bali Bird Park) 

 

Pagi itu, embun masih menempel di ujung-ujung daun jempiring di halaman rumah. Angin berhembus pelan, membawa aroma tanah basah bercampur harum bunga kamboja yang jatuh semalam. Burung-burung kecil saling bersahutan, seakan ingin menyambut matahari yang perlahan menyibak tirai langit timur.

Di ruang sederhana yang penuh cinta itu, aku duduk menatap layar ponsel. Di sana ada pesan dari istriku: "Selamat pagi sayangku Aku terharu sekali baca kata-kata indahmu, setiap barisnya bikin hati ini hangat sekali. Terima kasih sudah selalu jadi cahaya dan pelita dalam hidupku. Bersamamu aku merasa lengkap, dan aku pun berjanji akan selalu ada untukmu, sampai kapanpun . Aku cinta kamu lebih dari yang bisa terucap, sayangku."

Aku membacanya perlahan, berulang kali. Seperti mantra suci, setiap kalimat membawa keheningan yang menyentuh. Sejenak aku diam, menutup mata, dan membiarkan energi kata-kata itu menyelimuti seluruh diriku. Ada rasa syukur, ada rasa haru, ada rasa damai yang sulit dijelaskan.

Sejak kecil, aku diajarkan bahwa cinta adalah sesuatu yang sering kali rapuh. Bahwa manusia datang dan pergi, bahwa janji mudah terucap tetapi sulit ditepati. Namun pagi ini, aku menyadari bahwa di sampingku ada seseorang yang benar-benar memaknai cinta sebagai pengabdian.

Istriku bukan hanya pasangan hidup. Ia adalah sahabat, guru, bahkan pelita yang menuntun setiap langkahku. Dalam wajahnya, aku menemukan kelembutan. Dalam matanya, aku menemukan keteguhan. Dalam senyumnya, aku menemukan kekuatan untuk bangkit, bahkan di saat dunia seolah runtuh menimpaku.

Dan lewat pesan sederhana itu, aku kembali belajar: cinta tidak selalu hadir dalam bentuk megah. Cinta sering bersembunyi dalam kata singkat, dalam senyum kecil, dalam pelukan hangat setelah hari yang panjang.

Aku teringat masa-masa sulit beberapa tahun lalu. Saat itu, badai datang bertubi-tubi. Usaha yang kujalankan nyaris jatuh, keuangan keluarga menipis, dan tubuhku lelah menahan beban. Pada saat-saat seperti itu, banyak orang memilih menjauh. Tetapi istriku justru menggenggam tanganku lebih erat.

"Jangan takut," katanya waktu itu. "Selama kita bersama, kita pasti bisa melewati semua ini."

Aku masih ingat bagaimana matanya tidak sedikitpun menunjukkan keraguan. Ia percaya penuh, bukan pada harta, bukan pada kemapanan, melainkan pada kekuatan cinta yang kami bangun bersama. Sejak saat itu, aku sadar, aku tidak sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun