Umat Hindu akan merayakan Nyepi pada tanggal 29 Maret 2025. Banyak cerita yang muncul di antara anak-anak dan mahasiswa yang ingin merayakan Hari Nyepi di kampung halaman mereka.
Mereka pulang lebih awal karena di desa mereka banyak yang menjabat sebagai Ketua Sekehe Teruna-Teruna (muda-mudi). Untuk menyambut Nyepi, mereka membuat Ogoh-Ogoh.
Ogoh-Ogoh yang diarak saat pengerupukan, sehari sebelum Nyepi, menjadi momen yang penuh antusiasme, di mana mereka semua menciptakan beragam ide kreatif untuk membuat Ogoh-Ogoh, yang tak sedikit di antaranya dilengkapi dengan drama tari satu babak untuk menggambarkan makna simbolis dari Ogoh-Ogoh tersebut.
Membuat Ogoh-Ogoh bukanlah hal yang mudah; ia membutuhkan seni, imajinasi, dan tentu saja biaya yang tidak sedikit.
Namun, semua usaha itu terbayar ketika mereka mengarak Ogoh-Ogoh tersebut, sambil menari di jalan perempatan desa masing-masing, lengkap dengan gamelan. Inilah yang membuat kelompok musik gamelan di Bali terus berkembang.
Selain sebagai bentuk kreativitas dalam menciptakan patung Ogoh-Ogoh, tarian dan lagu juga tercipta dari proses pembuatan Ogoh-Ogoh ini.
Gerakan dan kreativitas ini juga menjadi cara bagi mereka untuk melepaskan penat setelah berbulan-bulan bekerja dan belajar.
Pekerjaan yang berat di era persaingan teknologi ini sering kali berujung pada stres atau bahkan burnout syndrome, tetapi dengan membuat dan menarikan Ogoh-Ogoh, mereka dapat melepaskan semua tekanan itu. Lalu apa yang dimaksud dengan burnout syndrome?
BURNOUT SYNDROME