Mohon tunggu...
N. Setia Pertiwi
N. Setia Pertiwi Mohon Tunggu... Seniman - Avonturir

Gelandangan virtual

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Miss You] "Minus Malum"

5 Desember 2018   15:26 Diperbarui: 5 Desember 2018   15:42 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Menyingkirkan Nebula, lalu apa?"

Aquila tertunduk pilu. Matanya nanar menatap kaki ranjang yang menopang tubuh Larisa. "Tidak boleh ada makhluk bernama laki-laki di muka bumi," bisik Aquila pelan, namun menghujam.

"Nebula bukan salah satunya."

"Tapi, dia selalu berpihak pada patriarki!"

Hologram Madam menatap Aquila kasihan. "Aquila ... perkumpulan ini dipersatukan oleh masa lalu yang hampir serupa. Nebula, kamu, Larisa, juga saya. Tapi ... kamu paham. Kita saling menopang untuk memaafkan, alih-alih memupuk dendam."

Pikiran Aquila mengawang. Masa lalu yang mencekam kembali hadir mencacah hatinya. Ketika sosok yang semestinya menjadi pelindung, justru memangsanya dengan brutal.


Tangan Aquila mengepal. Kebencian pada ayahnya semakin menjadi-jadi. Belum lagi, kala terlintas bayang-bayang tubuh ibu yang mati mengenaskan penuh lebam biru kehitaman.

"Lupakan, Aquila. Transformasikan kenangan itu menjadi penyulut semangat kita menuntut keadilan untuk para perempuan. Bukan meneruskan kejahatan. Sadarkah? Kamu baru saja hendak menyakiti Nebula"

Aquila menunduk dengan perasaan dan pikiran berkecamuk. Giginya gemeretak. Tubuhnya bergetar.

Tak berdaya mencegah, Madam hanya menyaksikan Aquila yang bergerak cepat menuju lemari rahasia di laboratorium. Tidak sampai dua detik, sebuah pistol Tokarev telah mengarah ke kepala Aquila yang kalut memejamkan mata. Telunjuknya gemetar meraih pelatuk.

Singkat saja. Suara nyaring, diikuti bunyi ledakan menggelegar, memecah atmosfer ruangan. Meleset. Aquila tumbang, pingsan. Jiwa Aquila masih memiliki waktu untuk memperbaiki keadaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun