Pada 6 Februari 2015 Jakarta dinobatkan sebagai kota termacet di dunia oleh Castrol Magnetec Stop-Start Index, dengan kriteria jumlah rata-rata yang dibutuhkan kendaraan untuk berhenti dan kembali jalan, Jakarta menjadi pemuncak di dunia dengan 33.240 stop start per-tahun. Minggu kedua bulan Februari 2015 hampir seluruh wilayah DKI Jakarta terendam oleh banjir, bahkan kawasan Istana Negara sebagai simbol kebanggan dan kewibawaan negara juga tidak luput dari genangan banjir.
Diskusi dan wacana untuk memindahkan ibu kota negara kembali mengemuka dari para akademisi, politisi, sejarawan dan berbagai elemen rakyat Indonesia. Sesungguhnya menjelang berakhirnya kepemimpinan SBY rencana pemindahan ibu kota negara sudah sampai pada tahap pengkajian daerah yang dipilih.
Beberapa wilayah yang masuk dalam biding adalah Lampung, Sulawesi Barat, Palangkaraya, dan Banten. Bahkan saat itu rencana ini sudah masuk ke dalam Bappenas, tetapi rencana ini seperti hilang di telan bumi seiring dengan hilangnya banjir dari jalan-jalan protokol Jakarta.
Sungguh sayang belum ada political will dari pemerintah pusat untuk meindaklanjuti rencana ini, sehingga ketika banjir datang lagi wacana pemindahan ibu kota kembali mengemuka, tetapi ketika banjir sudah hilang, rencanapun ikut hilang.                     Â
Adalah tim 5 yang terdiri dari akademisi dari Universitas Lampung (UNILA) dan UBL (Universitas Bandar Lampung) yang mengkaji empat tahun lalu untuk menjajaki Provinsi Lampung sebagai salah satu tempat paling strategis sebagai pusat pemerintahan Indonesia (Arizka Warganegara 2015).
Menurut tim 5 ini Lampung mempunyai keunggulan jika dibandingkan dengan daerah lain; pertama, Lampung Timur sangat dekat dengan Jakarta sehingga ketika pusat pemerintahan pindah ke Lampung sementara Jakarta sebagai pusat ekonomi nasional.
Kedua, dua pertiga penduduk Indonesia terkosentrasi di Pulau Jawa dan Sumatera, sehingga dari sisi degree of interestkalau pusat pemerintahan ada di Lampung kontrol pemerintahan pusat atas mayoritas wilayah menjadi efektif dan efisien.
Ketiga, secara geologis daerah Lampung timur aman dari gempa, potensi banjir dan tsunami. Keempat, secara geografis Lampung lebih dekat dengan 10 anggota ASEAN dalam rangka menyambut dan berkompetisi di iklim Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
Sementara pada sisi lain, Andrinof Chaniago lebih memilih Kota Palangkaraya di Kalimantan Tengah sebagai tempat yang ideal sebagai pusat pemerintahan RI (Ibu Kota Negara). Hal ini juga berkaitan dengan masterplan pemindahan ibu kota negara yang pernah direncanakan oleh Presiden Soekarno pada tahun 1957.
Kita memahami Soekarno adalah tipikal pemimpin yang visioner, mercusuar dan bisa membaca kondisi demografi, politik, ekonomi, sosial dan budaya ke depan yang akan terjadi seandainya ibu kota negara dan pusat pemerintahan tetap di Jakarta. Secara geo-politik, Presiden Soekarno memilih Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah sebagai ibu kota negara masa depan Indonesia.