Mohon tunggu...
Nur Azizah Lailah
Nur Azizah Lailah Mohon Tunggu... Karyawan Swasta & Mahasiswi KLA Youth School

Saya adalah seorang pengajar dan praktisi tari di salah satu sanggar. Kegiatan saya sehari-hari banyak bersentuhan dengan dunia pendidikan nonformal, mendampingi anak-anak dan remaja dalam proses belajar seni sekaligus membangun kedisiplinan, kerja sama, dan rasa percaya diri mereka. Selain aktif sebagai pengajar, saya juga memiliki ketertarikan pada bidang komunikasi. Saat ini saya terus mengasah keterampilan public speaking dalam pendidikan nonformal di KLA Youth School. Saya percaya bahwa hidup adalah ruang belajar tanpa henti. Setiap kesempatan, entah itu melalui seni, pengalaman organisasi, maupun interaksi sehari-hari, adalah cara untuk tumbuh dan berbagi nilai positif dengan orang-orang di sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Hari Yang BERAT, Akan Jadi CERITA HEBAT

23 Agustus 2025   21:30 Diperbarui: 23 Agustus 2025   21:48 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam hidup, tidak semua hari cerah dan mulus. Ada kalanya kita terjebak dalam badai masalah, dan ada kalanya kita disambut pelangi kebahagiaan. Hidup ini memang penuh dengan tantangan, perubahan, dan pengalaman yang beragam, baik suka maupun duka. Sering kita dengar ungkapan, “Hidup penuh lika-liku.”

Lika-liku dalam kehidupan bukan hanya tentang kesulitan, tetapi juga tentang kebahagiaan, kesuksesan, dan momen-momen indah. Semuanya adalah bagian dari perjalanan yang utuh. Meskipun sulit, lika-liku kehidupan dapat menjadi guru yang berharga. Pengalaman pahit mengajarkan kita untuk lebih kuat, lebih bijaksana, dan lebih siap menghadapi masa depan.

Kesulitan atau kegagalan sering kali dianggap sebagai hambatan, tetapi sebenarnya keduanya merupakan bagian dari proses menuju kesuksesan. Kegagalan, yang sering ditakuti, justru adalah guru yang mengajarkan pelajaran berharga untuk meraih keberhasilan. Ibarat anak tangga, kegagalan membantu kita melangkah naik selangkah demi selangkah. Yuk, kita ubah cara pandang: kegagalan bisa menjadi batu loncatan!

Tapi sebenarnya, kegagalan itu apa ?

Menurut KBBI, kegagalan adalah keadaan saat sesuatu tidak sesuai dengan harapan atau tidak mencapai hasil yang diinginkan. Seringkali kita menganggap kegagalan sebagai akhir dari perjalanan menuju tujuan, bukan sebagai bagian dari proses pembelajaran. Persepsi seperti ini bisa membuat seseorang kehilangan motivasi, bahkan menyerah sebelum mencoba lagi.

Padahal, menurut John C. Maxwell, kegagalan adalah kejadian sementara yang memberikan pelajaran untuk mencapai kesuksesan di masa depan. Maxwell memandang kegagalan sebagai “guru terbaik” yang membantu individu memahami kekuatan dan kelemahan mereka. Dengan kata lain, kegagalan bukanlah lawan dari kesuksesan, melainkan bagian dari proses menuju ke sana.

Kenapa banyak orang menganggap kegagalan adalah akhir cerita?

Dalam perjalanan hidup, kegagalan adalah bagian tak terpisahkan yang mengajarkan pelajaran berharga. Namun tak jarang, banyak orang mengingat kegagalan sebagai akhir cerita. Saat kita gagal dalam karier, pendidikan, atau hubungan, kita cenderung lebih fokus pada rasa sakit emosional yang ditimbulkan seperti rasa sedih, malu, atau keraguan diri daripada pelajaran yang bisa diambil.

Fenomena ini bisa dijelaskan oleh konsep Negativity Bias. Negativity bias adalah kecenderungan psikologis manusia untuk lebih memperhatikan, mengingat, dan terpengaruh oleh pengalaman atau informasi negatif dibandingkan yang positif atau netral.

Menurut penelitian Rozin dan Royzman (2001), negativity bias membuat kita lebih fokus pada kegagalan daripada keberhasilan, karena otak secara evolusioner lebih peka terhadap ancaman atau kerugian. Akibatnya, kegagalan tidak hanya terasa menyakitkan, tetapi dengan membayangkan pencapaian kita sebelumnya, membuat kita semakin sulit untuk bangkit.

Misalnya, seorang pengusaha yang gagal dalam usaha pertamanya mungkin merasa dirinya tidak kompeten, meskipun ia memiliki banyak pengalaman sukses di bidang lain. Pikiran negatif yang terlalu dominan inilah yang bisa menghambat langkah kita.

Sumber Foto : Freepik
Sumber Foto : Freepik

Pentingnya Memaknai Kegagalan

Lalu, bagaimana kita bisa keluar dari jebakan Negativity Bias dan mengubah kegagalan menjadi batu loncatan? Untuk menjawab pertanyaan ini, berdasarkan wawancara dengan Siti Holisah, S.Kom.I., M. Sos., CHc, CHt atau yang akrab dikenal Holisah, salah satu Mentor KLA Youth School serta Dosen Ilmu Komunikasi, ia menyatakan bahwa “Nilai makna itu akan kembali pada kacamata individu masing-masing,” orang yang terbiasa berpikir positif akan lebih mudah memaknai kehidupannya, termasuk ketika gagal. Dalam sudut pandangnya, memaknai kegagalan bukan berarti menganggapnya sebagai inti hidup, tetapi sebagai bagian dari perjalanan yang memberi pelajaran.

Jika dikaitkan dengan agama terutama bagi seorang muslim, Holisah yang juga lulusan pesantren menggarisbawahi dan menambahkan pentingnya husnuzon,  “Skenario Allah yang sudah dibuat untuk kita, sekalipun itu kegagalan, pasti yang terbaik. Maka, sikap husnuzon menjadi penting,” ujarnya. Keyakinan bahwa setiap peristiwa adalah bagian dari rencana terbaik Tuhan membantu seseorang untuk tetap tegar di tengah masa sulit.

Keluar dari Jebakan Negativity Bias

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun