Embun masih menggantung di ujung daun hijau. Di lereng pedalaman Jawa Barat, rumpun bambu berdiri tegak, berdesir kala angin menyentuh, seakan memainkan orkestra abadi. Dedaunannya bergetar, batang-batang ramping berderak, sementara burung kecil singgah, dan air hujan malam meresap melalui ruas, menyalurkan kehidupan ke tanah. Bambu bukan sekadar "rumput besar", ia adalah denyut urat bumi yang mengikat ekologi, ekonomi, dan budaya dalam satu tarikan nafas.
Indonesia menyimpan 172 spesies bambu dari total sekitar 1.500 spesies global, dengan sedikitnya 11 spesies endemik yang tidak ditemukan di manapun di dunia. Dengan angka ini, Indonesia menempati posisi ketiga setelah Tiongkok dan India dalam hal kekayaan spesies bambu. Luas tutupan bambu nasional diperkirakan 2,1 juta hektare, terdiri dari 700.000 ha di kawasan hutan dan 1,4 juta ha di lahan masyarakat. Data lain menyebutkan Indonesia menyimpan 160 spesies dalam 22 genus, dengan distribusi paling tinggi di Jawa, Sumatra, dan Sulawesi.
Secara global, bambu tumbuh di lebih dari 90 negara, tersebar di kawasan tropis, subtropis, hingga iklim sedang, dengan luas lahan mencapai 35 juta hektare. Cina, India, dan Myanmar adalah tiga negara dengan tutupan bambu terbesar. Keanekaragaman ini bukan hanya soal angka, melainkan juga peluang ekologis dan ekonomi.
Bambu tumbuh cepat, beberapa jenis bahkan dapat bertambah 91 cm per hari, menjadikannya salah satu tanaman dengan laju pertumbuhan tercepat di dunia. Ia berperan sebagai penyerap karbon efektif: di Indonesia, penelitian UGM menunjukkan bambu mampu menyerap rata-rata 17 ton karbon per hektare per tahun, dan dalam kondisi tertentu mencapai 16-128 ton karbon per ha/tahun. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebutkan potensinya bahkan hingga 50 ton CO/ha/tahun.
Dari sisi konservasi tanah, sistem akar serabut bambu mampu menahan erosi hingga 90% lebih efektif dibanding vegetasi biasa. Di daerah rawan longsor, rumpun bambu menjadi pagar alami yang mencegah tanah bergerak. Sebuah riset di Nepal menunjukkan bahwa penanaman bambu menurunkan tingkat erosi dari 50 ton/ha/tahun menjadi hanya 8 ton/ha/tahun.
Selain itu, bambu juga hemat air. Ia mampu menyimpan cadangan air tanah hingga 30% lebih banyak dibanding vegetasi kayu biasa. Karena sifat inilah, banyak desa di Jawa Tengah menggunakan bambu sebagai pagar resapan air di hulu sungai.
Secara mekanis, bambu tak kalah dengan baja ringan. Riset "Physical and Mechanical Properties of Five Indonesian Bamboos" menunjukkan kekuatan tarik bambu berkisar antara 82-195 MPa, dengan modulus elastisitas hingga 16,7 GPa. Sebagai perbandingan, baja ringan memiliki kekuatan tarik 250 MPa, artinya bambu mendekati performa baja namun dengan bobot jauh lebih ringan.
Studi di Banyuwangi mencatat bambu laminasi jenis Ater memiliki kekuatan tekan hingga 279,40 kg/cm, kuat lentur 933,04 kg/cm, dan kuat tarik 4700,23 kg/cm. Hasil ini membuat bambu laminasi dikategorikan sebagai kelas II material konstruksi cukup untuk menggantikan kayu keras tropis.
Tidak hanya untuk konstruksi, bambu juga dikembangkan sebagai bioenergi. Kandungan lignoselulosa yang tinggi (sekitar 60-70% selulosa dan hemiselulosa) membuatnya cocok diolah menjadi bioetanol. Satu hektare bambu dapat menghasilkan 30 ton biomassa kering per tahun, yang dapat dikonversi menjadi energi setara 20 ton minyak bakar.
Dari sisi ekonomi, nilai perdagangan bambu global diperkirakan mencapai USD 60 miliar per tahun. Produk yang paling besar kontribusinya adalah bambu untuk konstruksi, kerajinan, pulp, dan flooring. Cina menjadi eksportir utama, menguasai lebih dari 60% pasar dunia, sementara Indonesia baru menyumbang sebagian kecil meskipun memiliki kekayaan spesies yang besar.
Di dalam negeri, bambu menopang kehidupan ribuan perajin kecil. Data BPS menunjukkan bahwa lebih dari 1 juta rumah tangga masih memanfaatkan bambu untuk keperluan rumah tangga, kerajinan, dan alat musik. Di Bali, kerajinan bambu menyumbang 15% ekonomi kreatif lokal, sementara di Yogyakarta terdapat lebih dari 10.000 perajin bambu aktif yang menghasilkan kursi, anyaman, hingga furnitur ekspor.