Gang Apandi
Melintas santai di poros Braga pagi hari, mata tertuju pada kerumunan pembeli merubung penjual bubur ayam. Ooh bubur ayam depan Gang Apandi demikian penandanya. Tanpa mengusik kerumunan pembeli, mata simbok tertuju pada yang lain.
Gang Apandi, gang kecil di jl Braga berada di bawah Gedung kuno bertingkat. Kaki melangkah menyusuri gang ini, terlihat bersatu dengan Gang Cikapundung. Mengarah ke pemukiman lembah tepian sungai Cikapundung.
Amatan yang memicu rasa kepo menelusuri bacaan asal penamaan Gang Apandi, dengan huruf p loh ya bukan f. Temuan dugaan penamaan dari tokoh masyarakat beliau Haji Apandi penduduk lokal. Setipe daerah lain penamaan gang pemukiman dengan penghormatan nama penduduk lokal
Metamorfose Jalan Braga
Mau dari mana nih? Metamorfose perubahan wujud jalan Braga dari jalur pedati alias karrenweg atau Pedatiweg. Pasti simbok kebun terpikat dengan kisah jalur sempit berlumpur.
Jalur pedati si kereta kuda pengangkut hasil bumi utamanya kopi. Menghubungkan antara Jalan Raya Pos (kini jl Asia Afrika) dengan gudang kopi (kini kantor Balai Kota) milik Andreas de Wilde. Ahli bedah dan pelaku agribisnis besar pada zamannya.
Salah satu jejaknya adalah keberadaan Warenhuis De Vries jl Asia Afrika yang berhadapan dengan jl Braga. Bangunan megah pusat pertokoan pada zamannya yang kini digunakan untuk bank. Salah satu spot yang jadi pusat dokumentasi pengunjung.
Pada masa keemasannya, poros jalan Braga menjadi pusat perdagangan Eropa. Julukan De meest Eropeesche winkelstraat van Indie, menerakan poros Braga sebagai pusat perbelanjaan modern lengkap pada zamannya.