Mohon tunggu...
Suprihati
Suprihati Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar alam penyuka cagar

Penyuka kajian lingkungan dan budaya. Penikmat coretan ringan dari dan tentang kebun keseharian. Blog personal: https://rynari.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

[Embun Kebun] Ajian Wijayakusuma di Kompasiana

26 Oktober 2021   05:49 Diperbarui: 14 Desember 2021   05:31 1015
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Embun dan Wijayakusuma (Dokumentasi Pribadi)

Indah nian bunga wijayakusuma ini. Mekar saat malam hari, warnanya putih berseri, aromanya harum mewangi, setiap insan mengenangnya dalam hati. Pesan apakah gerangan yang diembannya?

Seolah menyimpan rahasia. Kehadirannya hanya diperuntukkan bagi insan yang bersedia menahan kantuk menungguinya. Kisah mistis sering dilekatkan kepadanya.

Semisal ajian Wijayakusuma empunya Prabu Kresna. Wijayakusuma pembangkit sukma. Sahabat pembaca, saat inipun sari ajian Wijayakusuma mewarnai Kompasiana loh. Penasaran kan, mari kita runut bersama.

Sekar Wijayakusuma

Melongok pekarangan mungil, terlihat beberapa rumpun kembang Wijayakusuma mini dalam pot menampakkan calon kuncup bunga. Wah bakalan panen bunga mekar nih. Bersiap menikmati keindahan sang ratu malam.

Mengulik Wijayakusuma, Kamus Bahasa Indonesia menerakan demikian:

Wijayakusuma: wi.ja.ya.ku.su.ma [n] (1) pohon berukuran sedang, batangnya bengkang-bengkok, rantingnya tebal, daunnya besar melonjong sampai membulat telur, berwarna hijau muda, bunganya kecil-kecil wangi, tumbuh di pantai berbatu di pulau-pulau kecil di sekitar Pulau Jawa, dl mitologi Jawa dianggap pohon sakti dan dapat menghidupkan orang mati, dahulu dipakai dl upacara penobatan raja-raja Surakarta; Pisonia grandis; (2) (digunakan secara salah) sejenis kaktus berdaun pipih yg didatangkan dari Brazil yg berbunga besar, harum, dan mekar pada tengah malam; Epiphyllum oxypetalum.

Nah mengikuti gaya salah, Sekar Wijayakusuma dalam artikel ini adalah Epiphyllum oxypetalum. Kami memelihara jenis berukuran besar yang ditanam langsung di tanah. Bunga berukuran besar melebihi telapak tangan dewasa. Mekar jelang tengah malam dengan aura wangi harum kuat dan subuh bunganya sudah mulai menutup.

Jenis lain adalah ukuran mini. Ditanam dalam pot gantung untuk mempermudah perawatan. Sekali berbunga menyuguhkan puluhan kelopak mekar dengan ukuran sedang. Mulai mekar petang hari, lumayan awet hingga pagi mentari bersinar. Tingkat keharumannya lebih samar menguar.

Kebetulan keduanya jenis lokal berwarna putih bersih. Para pemulia tanaman berkreasi dengan perakitan hibridanya sehingga dihasilkan aneka warna mahkota bunga. Memanjakan para kolektor dan pehobi.

Aneka sebutan disematkan mengikuti mekarnya bunga di malam hari. Predikat princess of the night atau queen of the night. Di Jepang disebut pula Gekka Bijin atau "Beauty under the Moon".

Ajian Wijayakusuma di Kompasiana, Mekarlah Wijayakusuma hati.....

Ajian bunga wijayakusuma dikisahkan dimiliki oleh Prabu Kresna titisan Bethara Wisnu. Sentuhan kembang Wijayakusuma menghidupkan raga dan sukma yang terlihat purna. Mengubahnya menjadi hidup segar kembali.

Kontekstualisasi pemaknaan dalam relasi Sang Pencipta dan ciptaan manusia beserta alam semesta. Melalui kerendahan hati manusia memohon pimpinan dan anugerahNya diizinkanNya memulihkan jiwa dan raga. Mekarlah Wijayakusuma hati.

Ajian Wijayakusuma yang disematkan kepada pribadi Kresna, bisa jadi bukan satu-satunya. Mari kita rasakan bersama. Setiap manusia sebagai titah yang diciptakan seturut rancanganNya juga mengemban daya wijayakusuma dalam hati nuraninya.

Wijayakusuma yang mampu menghidupkan yang 'mati'. Mati bukan hanya pisahnya raga dan nyawa. Semisal semangat yang hampir pudar, daya juang yang merosot menuju titik nol, pengharapan yang hampir sirna.

Bila Prabu Kresna senantiasa mersudi ati menjaga dan menata hati agar kesaktian wijayakusuma beliau tidak memudar. Begitupun setiap kita tentunya perlu mersudi ati agar wijayakusuma memekar dalam hati. Mekar dan berdaya guna baik bagi pribadi maupun lingkungan sekitar.

Ajian Wijayakusuma merupa melalui banyak hal. Perkataan, sapaan, tindakan, kebijakan, pendampingan yang memancar dari setiap pribadi. Mampu menghidupkan/membangkitkan kembali semangat, daya juang serta pengharapan bagi diri pribadi dan sesama.

Bagaimana dengan Kompasiana? Kompasiana dengan platform blog keroyokan. Menyatukan penganggit tulisan dan pembacanya. Setiap artikel yang disebarkan bukankah juga ajian Wijayakusuma?

Penulis artikel mendapat kekuatan dari karyanya. Menulis sebagai terapi penyemangat jiwa. Pembaca yang tersentuh dan bangkit karena artikel sajian Kompasiana. Ladang literasi yang menghidupi.

Nah kan karya dan interaksi di Kompasiana memiliki daya pembangkit kehidupan. Menghidupkan sisi 'mati'. Ajian Wijayakusuma mewarnai Kompasiana melalui mekarnya wijayakusuma hati setiap insan yang terlibat didalamnya.

***

"Ndhuk Limbuk, bangun..... Semburat matahari pagi sudah terlihat di ufuk Timur. Katanya mau menikmati kelopak Wijayakusuma yang mekar semalam. Tuh si ratu malam sedang bermandikan embun kebun"

"Sendika, Mbok Cangik. Limbuk juga hendak menyesap ajian Wijayakusuma di Kompasiana"

[catatan pengingat diri]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun