Pola berbagi rezeki dilakukan. Pedagang soto fokus dengan sediaan soto dan uba rampe utamanya. Untuk camilan ataupun minum disediakan oleh rekanan yang berada  pada satu tenda. Andalannya adalah wedang tape dan es dawet.
Pola pengelolaan kolaborasi yang sederhana. Pembayaran dilakukan usai makan kepada masing-masing. Tanpa pembagian peran kerja yang kaku. Ada peran rangkap antara peracik dan kasir. Pada hari Minggu saat pengunjung warung soto membludag, diberi ruangan di garasi bus ESTO.
Berbicara tentang ESTO saatnya merambah histori transportasi Kota Salatiga. Ini hasil ulikan dari buku Salatiga Sketsa Kota Lama karya Mas Eddy Supangkat.
ESTO adalah singkatan dari Eerste Salatigasche Transport Onderneming berdiri pada tahun 1923. Perusahaan transportasi sekitar tahun 1920-an yang dipelopori oleh Kwa Tjwan Ing. Transportasi pengubung antara Kota Salatiga dengan satelit sekitarnya.
Nah menikmati suapan soto ESTO merasakan sematan sensasi histori transportasi Kota Salatiga. ESTO menjadi sarana berkah rezeki. Seputar garasi saja ada soto ESTO, soto garasi ESTO dan soto bengkel ESTO.
Kini bangunan utama garasi beralih fungsi. Gerai soto yang semula menempel di garasi, Jl Langensuko, pindah ke rumah permanen di seberang arah kanan, jl Langensuko no 4. Begitupun bangunan bengkel ESTO menjadi Pujasera (Food court) kekinian dengan tetap menyematkan nama aslinya.
Menyantap soto sembari menikmati sensasi histori transportasi? Soto ESTO Salatiga bagian soto Nusantara jawabnya.