Semisal Soto Betawi berhasil mendapatkan penetapan warisan budaya takbenda tingkat Nasional pada tahun 2016. Memiliki no penetapan 201600346, pengusul DKI Jakarta, domain Keterampilan dan kemahiran kerajinan tradisional.
Begitu banyak nama soto yang diikuti nama kota. Ada Soto Bandung, Betawi, Banjar, Lamongan, Boyolali, Sokaraja dll. Bagaimana dengan Salatiga?
Kota Salatiga memiliki soto legendaris dengan tetenger soto ESTO. Bagi warga Kota Salatiga yang merantau akan jadi klangenan. Begitupun buat pendatang, kangen dengannya. Juga daya tarik bagi pengunjung ataupun pelintas kota.
Konfigurasi sajian nasi soto ESTO menggoda. Berwadahkan mangkuk, nasi berpadu dengan soun, kecambah, tambah sejumput suwiran ayam kampung. Â Lalu kress penjual meremuk karak gendar pengganti kerupuk di atasnya.
Lanjut disiram dengan kuah harum gurih bersantan encer. Kuah menguning segar. Kombinasi hijau irisan halus daun seledri dan bawang merah goreng keemasan. Racikan akan dilayani sesuai permintaan.
Komplemen di meja makan berupa sambal, kecap pun irisan jeruk soto. Tersedia aneka lauk yang menggoda. Nah ini salah satunya adalah penganan mentho/lentho. Terbuat dari parutan singkong dan kacang tolo yang dikepal lalu digoreng. Aroma kencurnya terasa.
Di mana sajian soto ESTO dapat sahabat Kompasiana jumpai? Aha sekarang mudah dengan bantuan aplikasi peta. Sajian sedap ini berada di jl Langensuko, ancar-ancarnya di belakang Rumah Dinas Walokota, Salatiga. Dekat dengan bundaran Kota Salatiga.
Sebutan soto ESTO, karena awalnya warung soto ini menempel di garasi bus ESTO. Sebagai pendatang yang kulanuwun di Kota Salatiga awal tahun 1980an kami juga 'wajib' bersalam. Ikut berjejal bersama penikmat memenuhi tenda beratap terpal.
Tempat duduk incaran adalah dingklik (bangku panjang) di depan penjual. Mudah bila minta tambah hehe. Meja angkring beralaskan daun pisang berisi lauk yang menumpuk. Â Pesanan lauk tambahan disajikan pada mangkuk kecil, lauk diiris, ditambah sedikit kecap dan taburan bawang goreng.