Mohon tunggu...
Suprihati
Suprihati Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar alam penyuka cagar

Penyuka kajian lingkungan dan budaya. Penikmat coretan ringan dari dan tentang kebun keseharian. Blog personal: https://rynari.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Antara Kenthir, Kentir, dan Kreativitas

2 Agustus 2020   18:22 Diperbarui: 9 Juni 2021   09:50 13913
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Antara Kenthir, Kentir, dan Kreativitas. | Kompas

Pelafalan huruf vokal e memiliki variasi dari e pepet, e (taling terbuka) dan e (taling tertutup). Tanpa informasi pelafalan diakritik, sering terjadi penyimpangan makna karena kesamaan huruf. Malah sering juga untuk bahan canda penyegar suasana. Asal tidak menyebabkan salah makna yang prinsipial.

"Tolong, kecap masakan ini, rasanya kurang kecap" Tulisan kecap pertama berbeda cara pengucapannya dengan kecap, kata berikutnya. Atau, "Tolong ada orang kenthir kentir...." Baiklah itu ranah ahli bahasa Indonesia. Namun pengguna awampun tidak tabu menyoalnya.

Antara kenthir, kentir dan kreativitas

Menyimak jagad alit Kompasiana beberapa hari ini lumayan riuh dengan celethukan bernuansa kenthir. Sebenarnya bukan hal baru. Toh merujuk pada aneka celoteh nostalgia, terdapat komunitas planet kenthir yang ngetop pada zamannya.

Baca juga: Mengenal Penuturan Arkifonem dalam Kajian Fonologi Bahasa Indonesia

Menekuk definisi yang dipahami mengurung kebebasan, para sahabat memaknai kenthir secara unik. Kenthir, dengan huruf e pelafalan diakritik e pepet. Senada dengan lafal senyum atau sedikit. Kenthir dimaknai sebagai tidak mengikuti pakem atau arus utama.

Terdapat unsur nyleneh, tidak biasanya. Namun jauh dari paugeran kenthir pada umumnya loh. Kenthir yang lumayan bersaudara dengan gemblung ataupun gendheng. Padahal ada tokoh Ki Gendheng Pamungkas yang jauh dari gendheng sesungguhnya.

Tidak mengikuti pakem tidak selalu bermakna penyimpangan. Bisa jadi itu perluasan teba. Atau mengambil sudut pandang yang berbeda sehingga memberikan pemahaman yang lebih holistik.

Bukankah cara berfikir di luar kebiasaan itu penanda awal kreativitas? Minimal ada kesamaan bunyi konsonan awal antara kenthir dengan kreativitas. Utak-utik setengah memaksa.

Baca juga: Sandi Fonologis: Sebuah Artikel Inpromptu Saya

Kosakata berikutnya adalah kentir. Kentir, dengan huruf e pelafalan diakritik e taling tertutup. Senada dengan lafal sate. Kentir dimaknai sebagai hanyut oleh aliran yang deras. Arti harafiah semisal kentir di Kali Tuntang.

Perluasan makna dari kentir merujuk pada terhanyut oleh arus pendapat ataupun perbincangan. Bisa jadi penggerusan identitas pribadi karena terikut arus yang kuat yang tidak selalu sama dengan nilai yang dianut. Juga tidak selalu bernilai negatif. Selalu ada aneka kemungkinan dalam keterbukaan pemikiran.

Bagaimana hubungan antara kenthir dan kentir? Aha, hubungannya baik-baik saja. Atau pendapat lain, mengapa koq dihubung-hubungkan?

Bagian dari olah kata saja. Bila kenthir dipahami sebagai cara pikir di luar pakem kebiasaan. Kemungkinan pertama, pemikir pun penulis kenthir sulit kentir. Lah mana mungkin seseorang yang terpola berfikir out of the box terseret arus pemikiran. Minimal, kemungkinan yang kecil.

Baca juga: Yuk Ketahui Pengertian serta Contoh dari Fonologi, Morfologi, Sintaksis, Semantik, dan Pragmatik

Tumbuh dan berkebun di lingkungan yang menggaungkan creative minority rasanya ikut dibentuk untuk berjiwa kenthir agar tidak mudah kentir. Komunitas yang dibekali sifat dan sikap untuk menggarami. Menerima dan menghargai kreativitas kekenthiran sebagai keunikan pribadi.

Kemungkinan kedua, pemikir pun penulis kenthir akan kentir secara elegan. Apa pula ini? Seandainya arus terlalu kuat dan si kenthir terikut kentir, yang bersangkutan akan kentir secara apik. Bagaimana rumusan keapikannya? Akan kita lihat lain kali.

Wasana basa

Terima kasih para sahabat Kompasiana yang mengulik kenthir dalam perbincangan. Eh jangan-jangan saya terikut kentir dalam arus kenthir. Masih menonton dari tepian. Dorongan kepada pemikir penulis kenthir untuk memperbesar arus sehingga ada yang ikut kentir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun