Memacu adrenalin dengan hobi berlaga di sirkuit tanah miring atau sekadar menontonnya? Mari berkunjung ke Sitaring. Berada di lereng bukit Kendil, Banyubiru. Bonus panorama Rawa Pening dari ketinggian sekitar 1000 mdpl.
Mengenali dan Mengembangkan Potensi Alam Setempat
Secara bentang alam, wilayah Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang terlihat unik. Berpagarkan jajaran perbukitan dengan aneka bentuk di sebelah Selatan. Rawa Pening menjadi penjaga di arah Utara.
Praktis jalur masuk besar dari gerbang Timur yaitu Salatiga, atau gerbang Barat dari Ambarawa. Tepian Rawa Pening dengan karakter khas hingga lereng perbukitan dengan tantangan alamnya.
Mengenali dan mengembangkan potensi alam setempat menjadi dasar pengelolaan wilayah. Ini pula yang dilakukan oleh Pemdes khususnya dusun Puwono, Desa Kemambang, Kecamatan Banyubiru.
Suatu sore, berbincang dengan Bapak Kadus Puwono beserta Ibu, ditemani secangkir kopi dan gula aren produk setempat.
"Kegiatan bertani hanyalah jenis yang mengandalkan curah hujan. Aren, kopi tidak harus dirawat setiap hari. Pemuda kami berbondong mencari pekerjaan di kota"
"Kelompok muda, pokdarwis merancang spot Sitaring untuk menghidupkan wisata alam setempat. Harapan kami untuk menggeret agrowisata setempat juga mendapat dukungan budaya kesenian lokal kami"
Menikmati Bintang di Lereng Bukit Kendil
Ancar-ancar paling mudah adalah dari pusat wilayah Banyubiru. Mari mulai mendaki melalui jalan Belimbing Kuning, pasar Kebondowo menuju ke arah desa Kemambang. Sepanjang jalan disuguhi aneka wujud puncak perbukitan yang masih lumayan menghijau.
Hingga sampai di pertigaan berpenanda arah dusun Puwono. Mari kita belok ke arah kiri, lanjut dengan pendakian. Sisi tebing kanan mulai mempertontonkan permukaan Rawa Pening. Hamparan kelerengan dengan pohon aren meneduhi pohon kopi.
Ada 2 pilihan tujuan, Gili Pesona di dusun Jrakah, desa Kebondowo di sisi bawah. Untuk menuju Sitaring, pengunjung sila belok kanan menanjak lagi menuju dusun Puwono, desa Kemambang.
Kegiatan lain adalah bertenda di tanah lapang. Suasana malam yang kelam dengan sedikitnya polusi cahaya buatan, pengunjung berkesempatan menikmati taburan bintang. Terutama saat tanggal bulan mati.
Sebagai daerah agraris pegunungan kental dengan budaya merti desa atau ruwat bumi. Pada masa inilah gelaran aneka kesenian lokal disajikan. Dusun Puwono adalah salah satu pusat kesenian lokal di Banyubiru.
Sahabat kebun pernah membawa rombongan tetamu dari Jepang. Pengunjung menginap di rumah warga. Mengikuti kegiatan warga mulai dari menderes tandan bunga aren hingga mengolah nira menjadi gula aren.
Bagi penggemar hobi tracking naik gunung, bukit Kendil sangat dekat dijangkau dari dusun Puwono. Naik ke dusun Gesing diatasnya dilanjutkan dengan jalan kaki. Tantangan berikutnya, gunung Telomoyo yang menjulang di belakangnya menanti.
Sahabat penikmat alam, warga dusun Puwono telah membuka wilayahnya untuk berbagi keelokan alam dan budaya lokal. Mari kita menyambutnya juga dengan semangat yang sama.
Bukan hanya sekadar penikmat alam namun juga menghargai alam. Mari jadikan semangat menghargai alam sebagai haya hidup.
Saat pamitan, kami mengamati tandon air besar. Yah, dusun Puwono mendapat aliran air minum dari sumber air diatas yang disalurkan melalui pipa. Karakter khas daerah pegunungan, daerahnya menjadi penyimpan air namun mengalami masalah ketersedian air.
Pesan penduduk dusun Puwono, perjuangan mendaki menuju Sitaring belum selesai. Perjalanan turun kembali, butuh konsentrasi dan kehati-hatian penuh. Berbagi peduli dengan sesama pengguna jalan yang naik dan turun di pendakian panjang ini.
Selamat menikmati hobi menyesap keindahan alam dan budaya lokal dusun Puwono di Sitaring. Semakin mengasah kepekaan menghargai alam. Salam hijau