Mohon tunggu...
Suprihati
Suprihati Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar alam penyuka cagar

Penyuka kajian lingkungan dan budaya. Penikmat coretan ringan dari dan tentang kebun keseharian. Blog personal: https://rynari.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pembelajaran dari Lintasan Lari, Minggir Tanpa Tersingkir

22 Januari 2019   22:00 Diperbarui: 23 Januari 2019   15:23 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kala rembang petang, darma belum usai, hanya berganti peran. Minggir bukanlah akhir. Mari minggir tanpa rasa tersingkir. Secuil pembelajaran dari lintasan.

"Ibu, biar nyaman silakan menggunakan lintasan 3 atau 4 nggih" sapa seorang pelatih lari dengan sopan. Salah satu episode pagi di stadion Kridangga berlatar Merbabu. Ooh puluhan meter di belakang saya melaju beberapa pelari sprint yang tengah menajamkan kecepatan di lintasan 1. Lintasan terdalam di stadion. Lintasan sebelahnya nampak tim jalan super cepat.

Segera tanggap, sayapun memilih lintasan terluar yang kebanyakan berisi pejalan kaki dari santai hingga setengah bergegas. Saatnya minggir. Minggir tanpa rasa tersingkir. Bahkan dapat menikmati dinamika pengguna lintasan.

Keseharian kita mirip menikmati lintasan di stadion. Semua melangkah maju dari titik start lalu menuju finish yang menjadi start bagi putaran berikutnya. Ada yang melaju dengan sangat cepat. Memutar lima kali saat yang lain baru sekali dengan jarak per putaran yang sama. Beberapa butir pembelajaran dari lintasan, saat kita minggir tanpa rasa tersingkir:

1. Pelajaran awal, saat memasuki lintasan kebersamaan, mari silakan mengamati situasi sejenak. Memilih lintasan sesuai karakter dan kemampuan diri agar kenyamanan bersama mencapai tujuan tercapai.

Terbayang bila saya pejalan santai tetap berada di lintasan 1 pastinya akan membahayakan diri sendiri. Bisa tertabrak ataupun menghambat sesama pengguna lintasan 1. Masing-masing pengguna melintas dengan was-was. Begitupun dalam mengarungi lintasan keseharian. Saat banyak pihak lupa menakar kapasitas dan tetap bersikukuh di lintasan  cepat. Betapa adu tabrak kepentingan dapat terjadi. Yang dilewati merasa tersinggung, sebaliknya yang terhambat melintas sempat menggerutu. Energi negatif menguar ke sekitar.

2. Berada di pinggir memberikan kesempatan kita menjadi penikmat. Sambil menikmati kayuh kaki santai di jalur terluar, membuat saya sempat menikmati aneka ritme dinamika lintasan. Wush...wush...laju derap pelari sprint.

Terdapat pelari sprint dalam keseharian. Tenaga super, kecepatan gerak dengan dukungan tanpa hambatan. Beberapa tokoh sejarah adalah pelari sprint kehidupan. Jejak pikirannya baru dapat dipahami saat sang pelari sudah melaju sekian ribu langkah di depan kita pada umumnya.

3. Ada pula pelari dalam tim entah keluarga ataupun teman satu grup. Salah satu berada di depan mengatur kecepatan dan anggota mengikutinya seraya menyeimbangkannya. Bila salah satu anggota melambat, sang pemandu bergeser ke belakang menemaninya dan menyemangatinya. Menyerahkan posisi komando kepada anggota lain.

Terjadi transfer pola asah, asih, asuh mengikuti ajaran ing ngarsa sung tuladha, ing madya mbangun karsa dan tut wuri handayani. Harmoni dan kebersamaan menjadi pola utamanya. Saling legawa wujud sifat perwira.

4. Ada yang lari secara tandem pasangan dengan kecepatan yang 'babag' atau seimbang. Layaknya koalisi yang saling mendukung, berbagi peran dan beban secara sebanding. Tiada ruang untuk saling menyalahkan.

5. Ada model lain, pemuda mendampingi orang tua yang berjalan santai. Sesekali yang lebih muda melaju ke depan kemudian berbalik arah dan kembali merendengi perjalanan bersama. Tim ini terlihat menikmati proses. Masing-masing melaju sesuai dengan kapasitasnya.

6. Pun kelompok kecil adiyuswa yang terlihat jelas melalui identitas rikma ngembang jambu alias mahkota memutih ubanan yang melangkah bersama sambil ngobrol. Mensyukuri setiap langkah. Memberikan ruang karya cipta kepada generasi trengginas.

Mendaras dalam hati, kami pernah berada di jalur cepat dengan restu dan dukungan generasi pendahulu. Kini kami percayakan lintasan karya kepada kalian. Juang kami usai, medan kini  tugas kalian.

7. Bukankah menjaga diri dan saling menjaga melalui rasa tepa selira menjadi sarana kebersamaan yang nyaman. Yap setiap kita sedang memasuki lintasan, lintasan yang menjadi milik bersama, tiada pemilik lintasan tunggal. Mangga, mari silakan memilih jalur lintasan yang keberapa, mari nikmati perjalanan atau malah berlari di lintasan bagian kita. Selalu tersedia aneka pengalaman kebahagiaan di setiap lintasan kita.

8. Akhirnya, saat kita minggir dari lintasan, mari minggir tanpa rasa tersingkir. Darma belum usai, hanya berganti peran. Seraya berdendang, Jika Hari Rembang Petang (Karya: Subagio Sastrowardojo)

Jika hari rembang petang
tidak berarti permainan bakal selesai
dan boleh tinggalkan gelanggang

hanya peranan bertukar
dari pemain di dalam
menjadi penonton di luar

Salatiga, 22.00, 22 Januari 2019.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun