Sahabat pembaca Kompasiana kenal dengan dongeng Pinokio-kah? Boneka dengan hidung super panjang. Pinokio, tokoh rekaan yang sungguh mempesona. Apalagi saat kebohongan menjadi gaya. Mari ikuti celotehnya.
Dongeng Edukatif Pinokio
Konon dongeng Pinokio karya penulis Carlo Collodi ini bersetting di Desa Tuscan yang berada di antara Kota Pisa dan Florensia, Italia. Bermula dengan boneka kayu pinus karya pemahat Geppeto. Boneka kayu tanpa jiwa yang diubah menjadi bocah laki-laki.
Petualangan bocah Pinokio yang dinamis. Kanak-kanak dengan sifat manis berseling dengan kenakalan dan kebohongan. Setiap tindakan kebohongan yang dilakukannya direspon dengan pemanjangan hidung. Kebohongan yang tidak dapat disembunyikan.
Dramatisasi petualangan membawa Pinokio pada aneka peristiwa. Aneka kesulitan, pembelajaran dan pembentukan pribadi baru. Kisah berakhir manis, pertobatan Pinokio mengubahnya menjadi pribadi baru bermuatan empati dan kepatuhan. Pesona edukatif Pinokio diracik.
Pinokio dan Kehidupan Keseharian
Dongeng Pinokio sering dipergunakan dalam penanaman budi pekerti keluarga. Kepekaan mengenali dan mengakui kebohongan. Mengajarkan tanpa menggurui dan menegur dengan tidak kentara.
"Hayo, adik jajan penganan itu lagi ya. Kan barusan sembuh dari batuk"Â
"Enggak...., aku nggak jajan koq"Â
"Tuh, hidungnya tambah panjang, lihat di cermin gih"Â
"Hidungku biasa aja koq, nggak memanjang seperti Pinokio"Â