Mohon tunggu...
Suprihati
Suprihati Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar alam penyuka cagar

Penyuka kajian lingkungan dan budaya. Penikmat coretan ringan dari dan tentang kebun keseharian. Blog personal: https://rynari.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pesona Edukatif Pinokio

6 Januari 2019   18:29 Diperbarui: 6 Januari 2019   18:56 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Geppeto dan Pinokio dari pinterest.com/rachelsoetopo

Sahabat pembaca Kompasiana kenal dengan dongeng Pinokio-kah? Boneka dengan hidung super panjang. Pinokio, tokoh rekaan yang sungguh mempesona. Apalagi saat kebohongan menjadi gaya. Mari ikuti celotehnya.

Dongeng Edukatif Pinokio

Konon dongeng Pinokio karya penulis Carlo Collodi ini bersetting di Desa Tuscan yang berada di antara Kota Pisa dan Florensia, Italia. Bermula dengan boneka kayu pinus karya pemahat Geppeto. Boneka kayu tanpa jiwa yang diubah menjadi bocah laki-laki.

Petualangan bocah Pinokio yang dinamis. Kanak-kanak dengan sifat manis berseling dengan kenakalan dan kebohongan. Setiap tindakan kebohongan yang dilakukannya direspon dengan pemanjangan hidung. Kebohongan yang tidak dapat disembunyikan.

Dramatisasi petualangan membawa Pinokio pada aneka peristiwa. Aneka kesulitan, pembelajaran dan pembentukan pribadi baru. Kisah berakhir manis, pertobatan Pinokio mengubahnya menjadi pribadi baru bermuatan empati dan kepatuhan. Pesona edukatif Pinokio diracik.

Pinokio dan Kehidupan Keseharian

Dongeng Pinokio sering dipergunakan dalam penanaman budi pekerti keluarga. Kepekaan mengenali dan mengakui kebohongan. Mengajarkan tanpa menggurui dan menegur dengan tidak kentara.

"Hayo, adik jajan penganan itu lagi ya. Kan barusan sembuh dari batuk" 

"Enggak...., aku nggak jajan koq" 

"Tuh, hidungnya tambah panjang, lihat di cermin gih" 

"Hidungku biasa aja koq, nggak memanjang seperti Pinokio" 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun