Mohon tunggu...
Noviyanti
Noviyanti Mohon Tunggu... -

Seorang mahasiswa Master of Public Health dengan fokus di bidang infectious diseases dan zoonosis di Kansas State University. Dia juga adalah seorang dokter hewan yang selalu ingin berkontribusi bagi lingkungan sekitarnya. Merindukan Palangka Raya, Bogor, dan Manokwari, sebagai kota yang sudah menuliskan banyak sejarah baginya. Menulis adalah kegiatan di sela-sela perkuliahan, terkadang sekedar untuk melepas penat ataupun karena ingin berbagi ilmu yang didapatkan di ruang kuliah. Semoga bermanfaat. Korespondensi langsung di: novi85.yanti@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kaka Su Tau Renang: Sebuah Kisah Nyata dari Anak-anak di Timur Indonesia

27 Mei 2017   09:41 Diperbarui: 27 Mei 2017   10:24 654
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selasa, 27 Mei 2014.

Hari ini saya dan teman-teman berencana untuk piknik di pantai.   Walaupun ini hari Selasa, tapi hari ini adalah hari libur Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW; hari peringatan bagi umat beragama Islam di Indonesia.  Kami semua masing-masing bekerja di berbagai tempat; ada yang bekerja sebagai pegawai negeri di pemerintah pusat dan pemerintah daerah, pegawai di instansi swasta, dosen, guru, dan juga ibu rumah tangga. 

Beruntung sekali kami tinggal di Manokwari, kota kecil di Papua Barat yang punya banyak pilihan pantai untuk kami kunjungi.  Kali ini kami memilih piknik di Pulau Lemon, pulau di seberang kota Manokwari, yang jarak tempuhnya hanya 5 menit menggunakan perahu motor.  Seminggu sekali setiap hari Sabtu siang kami selalu pergi ke pulau ini.  Kami pergi ke pulau ini untuk mengajar anak-anak di pulau ini membaca, menulis, dan berhitung.  Nah, hari ini kami memilih ke pulau ini khusus untuk makan, bermain, dan berenang bersama anak-anak di pulau. Setelah puas bermain di pantai, anak-anak ini satu persatu menceburkan dirinya ke laut dan berenang. “Ayo, biasa Sabtu Kaka yang ajar kam orang toh, sekarang Kaka minta kam orang ajar Kaka berenang e (Ayo, biasanya kalau hari Sabtu kakak yang ajar kalian kan, sekarang kakak minta kalian yang ajar kaka berenang ya)”, pinta saya kepada anak-anak pulau. 

Saya sebenarnya hanya bercanda, karena nyali saya tidak cukup besar untuk berenang di lautan seperti itu, tambah lagi saya memang benar-benar tidak bisa berenang.  Tapi candaan saya malah ditanggapi serius oleh anak-anak.  Salah satu anak bernama Abner malahan bersikeras mengajak saya berenang ke tempat yang lebih dalam.  Saya hanya tertawa sambil melihat bagaimana caranya Abner dan teman-temannya berenang.  

“Kaka begini e, Kaka bikin kaki dan tangan bergerak saja di air” (Kak, begini caranya.  Kaki dan tangan digerak-gerakkan saja di air)”, kata Abner sambil menggerak-gerakkan kaki dan tangannya di air. 

“Tra bisa tenggelam ka? (Tidak bisa tenggelam ya?)”, tanya saya dengan nada ragu.  

“Ah, tra bisa Kaka, asal kaki dan tangan terus bergerak saja.  Kalau Kaka kam bikin kaki dan tangan diam, baru kam tenggelam. Kaka, kam liat e. (Tidak bisa, Kak. Asalkan kaki dan tangan terus bergerak tidak akan bisa tenggelam.  Kalau Kakak diamkan kakidan tangan barulah kakak bisa tenggelam.  Coba kakak lihat contohnya begini),” kata Abner sambil memberi contoh kedua kaki dan tangannya yang tidak digerakkan di dalam di air.  Perlahan-lahan badannya mulai tenggelam namun sesaat kemudian dia menggerak-gerakkan kaki dan tangannya untuk muncul kembali ke permukaan air.  Ternyata teori berenang sangat sederhana. 

Saya berkata kepada Abner dan kawan-kawan, “Yo sudah, Kaka coba e.  Tapi kalau Kaka tenggelam, kam tolong Kaka e. (Baiklah, Kakak coba berenang ya.  Tapi kalau kakak tenggelam, kalian tolong kakak ya)”. 

“Iya, Kaka. Ayo Kaka, berenang, berenang. (Iya, kak.  Ayo kak, berenang, berenang)”, anak-anak bersorak sambil menyemangati saya untuk berenang.  Wajah mereka ceria sekali, sangat antusias untuk mengajari saya berenang.  Abner sudah siap berenang di samping saya, tanda bahwa dia benar-benar siap menolong saya. 

Akhirnya dengan sedikit keberanian dan bantuan dari Abner dan kawan-kawan, yeayyyyy saya bisa berenang!! Anak-anak senang sekali berhasil mengajari saya berenang, saya juga sangat senang untuk pertama kalinya tahu bahwa saya bisa berenang, hehe.  Saking senangnya saya mengajak anak-anak berenang menyeberangi pulau. 

Lagi-lagi saya berkata sambil bercanda, “Horeeeee, Kaka su tau renang, ayo tong pigi seberang pulau (Hore, Kakak sudah bisa berenang.  Ayo kita berenang menyebrangi pulau)”, kata saya sambil menunjuk daratan di seberang pulau. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun