Mohon tunggu...
NOVITA NUR MAGHFIROH
NOVITA NUR MAGHFIROH Mohon Tunggu... Penulis

Saya adalah seorang Penulis yang memiliki minat pada penulisan, musik dan bisnis. Saya suka menulis dan berbagi pengalaman serta pengetahuan dengan orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kesenjangan Sosial di Jakarta: Suatu Fenomena yang Memerlukan Perhatian

13 Maret 2025   00:34 Diperbarui: 13 Maret 2025   00:49 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Ibu Kota Jakarta (Sumber: https://www.pajak.com/pajak/pemindahan-ibu-kota-pacu-dki-jakarta-gali-potensi-pajak/))

DKI Jakarta adalah pusat politik dan perekonomian Indonesia. DKI Jakarta berfungsi sebagai pusat bagi banyak migran dari berbagai daerah yang berkontribusi pada pertumbuhan penduduk yang cepat. Namun, pertumbuhan pada populasi yang cepat disertai dengan sejumlah tantangan seperti stagnasi sosial, kurangnya peluang terkait pekerjaan relatif terhadap jumlah kayawan dan adanya masalah pada infrastruktur kota. Meskipun DKI Jakarta memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang kuat, tetapi pada tingkat kemiskinan di DKI Jakarta masih cukup signifikan. Pada September 2024 angka kemiskinan di Jakarta sebesar 4,14% atau setara dengan 449,07 ribu orang

Jakarta, sebagai ibu kota Indonesia adalah kota dengan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan infrastruktur yang pesat. Namun, di balik kemegahan gedung-gedung pencakar langit dan pusat perbelanjaan mewah, terdapat realitas pahit kesenjangan sosial yang semakin meluas. Kesenjangan ini mencakup berbagai aspek kehidupan, mulai dari ekonomi, pendidikan, hingga akses terhadap layanan publik, menciptakan jurang pemisah yang semakin dalam antara kelompok masyarakat kaya dan miskin.

Salah satu indikator utama kesenjangan sosial di Jakarta adalah adanya ketimpangan ekonomi. Sebagian kecil warga menikmati kekayaan berlimpah, sementara sebagian besar lainnya berjuang untuk memenuhi kebutuhan dasar. Kondisi ini diperparah dengan pertumbuhan ekonomi yang tidak merata, di mana sektor-sektor tertentu berkembang pesat sementara sektor lainnya tertinggal. Akibatnya, kesempatan kerja dan pendapatan terkonsentrasi pada kelompok masyarakat tertentu meninggalkan kelompok lainnya dalam kemiskinan dan pengangguran.

Kesenjangan dalam akses pendidikan juga menjadi masalah yang serius. Pendidikan berkualitas cenderung lebih mudah diakses oleh mereka yang berasal dari keluarga mampu, sementara anak-anak dari keluarga miskin seringkali terpaksa bersekolah di fasilitas yang kurang memadai atau bahkan mereka putus sekolah. Hal ini tentu saja membatasi potensi mereka untuk meningkatkan taraf hidup dan keluar dari lingkaran kemiskinan.

Selain itu, kesenjangan juga terlihat dalam akses terhadap layanan kesehatan, perumahan yang layak, air bersih, dan lainnya. Warga miskin seringkali tinggal di lingkungan kumuh dengan fasilitas yang minim, sementara warga kaya menikmati fasilitas modern dan mewah. Kondisi ini tidak hanya mempengaruhi kualitas hidup, tetapi juga kesehatan dan kesejahteraan warga.

Pemandangan kontras antara gedung-gedung tinggi mewah dan permukiman kumuh menjadi simbol nyata kesenjangan sosial di Jakarta. Kondisi ini menciptakan segregasi sosial (pemisahan kelompok), di mana kelompok masyarakat yang berbeda hidup terpisah dan teralienasi satu sama lain. Kurangnya interaksi dan integrasi sosial menghambat upaya untuk membangun masyarakat yang inklusif dan adil.

Untuk mengatasi kesenjangan sosial yang semakin membesar, diperlukan tindakan komprehensif dan terpadu dari berbagai pihak. Pemerintah perlu memperluas program bantuan sosial, meningkatkan investasi dalam infrastruktur, dan menciptakan lapangan kerja yang lebih banyak. Selain itu, sektor swasta dan masyarakat sipil juga perlu berperan aktif dalam menciptakan peluang ekonomi baru dan meningkatkan keterampilan tenaga kerja.

Yang terpenting, adanya transparansi (keterbukaan informasi yang dapat diakses oleh masyarakat/publik) dan akuntabilitas (kewajiban pemerintah untuk bertanggung jawab atas tindakan dan keputusan yang diambil) dalam pengelolaan anggaran publik serta keterlibatan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan sangat penting untuk memastikan efektivitas program-program yang dilaksanakan. Dengan kerja sama dari semua pihak, Jakarta memiliki potensi untuk menjadi kota yang tidak hanya maju, tetapi juga adil dan inklusif bagi seluruh penduduknya

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun