Mohon tunggu...
Bahas Sejarah
Bahas Sejarah Mohon Tunggu... Bangsa Yang Besar Adalah Bangsa Yang Menghargai Sejarah Bangsanya Sendiri

Berbagi kisah sejarah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kereta Api Indonesia: Misteri Lokomotif Sri Gunung

19 Februari 2023   05:49 Diperbarui: 19 Februari 2023   06:03 485
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lokomotif Sri Gunung di jembatan Garut (sumber: istimewa/Gunter Oczko/KPG)

Sobat kereta api Indonesia tentu mengenal siapa dibalik nama Sri Gunung. Sebuah julukan bagi lokomotif kelas berat yang pernah ada di Indonesia pada sejarah perkeretaapian Indonesia. Selain Si Kuik yang merajai di berbagai medan dan kondisi alam Indonesia, adalah Sri Gunung, yang menjadi saingan utamanya.

Dikenal dengan nama Sri Gunung, adalah lokomotif buatan Swiss yang pernah merajai jalur lintas pegunungan di Jawa Barat. Walau memiliki ukuran yang besar, tetapi untuk kekuatan laju dan daya angkut, telah teruji dengan baik. Nah, inilah kisah legendaris dari tanah Priangan, dalam jejak Sri Gunung.

Setelah masa kejayaan Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM) di Semarang dan sekitarnya, berdirilah Staat Spoorwagen (SS) yang mencoba menguasai wilayah Jawa Barat dan Jawa Timur. Dengan mengusung konsep kereta uap berukuran kecil, yakni 1.067 mm untuk ukuran lebar lokomotifnya.

Dalam perjalanannya, SS yang menghadapi tantangan berupa daerah pegunugan yang terjal akhirnya mengoperasikan dua jenis lokomotif yang memiliki karakternya masing-masing. Pertama adalah Si Kuik, yang dalam kapasitasnya hanya mampu menarik beban yang ringan dibandingkan dengan Sri Gunung.

Jalur menanjak di daerah Cibatu, Cikajang, Garut, dan Purwakarta ternyata membuat Sri Gunung memiliki peran besar dalam kisah perjalanannya menaklukkan daerah pegunungan. Kecepatannya yang berkisar hingga 55 km/jam dalam posisi berbelok membuat Sri Gunung menjadi lokomotif favorit bagi SS.

Tiga jembatan diantara pegunungan Garut (sumber: istimewa/SS/KPG)
Tiga jembatan diantara pegunungan Garut (sumber: istimewa/SS/KPG)

Hingga pada tahun 1927, SS mendatangkan 30 unit lagi lokomotif model Sri Gunung atau C 50. 16 unit dari SLM Swiss dan 14 unit dari Werkspoor Belanda. Selain dari ketangguhannya, pengoperasian dan perawatannya yang lebih ringkas dibanding Si Kuik, membuatnya dapat bertahan hingga masuknya era industri kereta api diesel.

Artinya bahwa, lokomotif model Sri Gunung pada masa revolusi Indonesia secara tidak langsung menjadikannya sebagai panutan bagi para pejuang. Dalam beberapa peristiwa, lokomotif Sri Gunung terlibat secara langsung dalam mode pertempuran fisik. Baik si Kuik ataupun Sri Gunung, sesuai dengan kebutuhan dari para pejuang Republik.

Jika dilihat dari ukuran jalur lintas Jawa Barat melalui rute selatan hingga ke Jawa Timur, maka jalur ukuran 1.067 mm adalah penguasanya. Termasuk Jawa Tengah bagian selatan, via Kroya yang terhubung hingga Jogjakarta. Seperti yang sekilas terlihat dalam film bergenre sejarah, Kereta Api Terakhir, yang tayang pada tahun 1981.

Hanya ada tiga lokomotif Sri Gunung yang tersisa hingga saat ini, pertama berada di Museum Transportasi TMII, kedua berada di Museum Kereta Api Ambarawa, dan yang ketiga berada di Belanda. Sedangkan dua yang berada di Indonesia kerap dijadikan rujukan dalam melakukan studi historis mengenai sejarah Kereta Api Indonesia (KAI).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun