Mohon tunggu...
Novita Della
Novita Della Mohon Tunggu... Full stack digital marketing

Penyuka bahasa asing, kucing dan kegiatan kreatif (menggambar, membaca, dan membuat sesuatu)

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Trend Anak Muda Indonesia Jadi Pekerja Migran di Jepang

15 Oktober 2025   03:51 Diperbarui: 14 Oktober 2025   10:56 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertimbangan Jadi Pekerja Migran

Dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak anak muda Indonesia yang memilih berkarier di luar negeri. Fenomena ini dipicu oleh berbagai faktor, mulai dari keterbatasan lapangan pekerjaan di dalam negeri hingga daya tarik gaji yang lebih tinggi di negara tujuan. Generasi muda melihat migrasi sebagai peluang untuk mendapatkan pengalaman internasional sekaligus memperbaiki kondisi finansial mereka.

Faktor Pendorong Meningkatnya Minat Kerja di Luar Negeri

Beberapa alasan utama yang mendorong anak muda menjadi pekerja migran adalah keterbatasan lapangan kerja, persaingan ketat, serta tuntutan biaya hidup yang semakin meningkat. Selain itu, banyak anak muda maupun orangtua merasa kesempatan berkembang lebih terbuka di luar negeri, baik dari sisi karier maupun kualitas hidup.

Negara Tujuan Favorit Pekerja Migran Muda

Negara-negara Asia Timur seperti Jepang , Korea Selatan, dan Taiwan masih menjadi tujuan favorit karena permintaan tenaga kerja cukup tinggi dan gaji relatif besar. Sementara itu, negara-negara Timur Tengah dan Eropa juga menarik minat, terutama bagi mereka yang mencari pekerjaan di sektor formal maupun nonformal.

Inequality dalam Dunia Kerja di Indonesia

Realita dunia kerja di Indonesia menunjukkan adanya ketimpangan yang cukup besar, misalnya:

  • Banyak anak muda dengan keterampilan tinggi, bahkan lulusan perguruan tinggi dengan nilai dan prestasi yang baik, justru kesulitan mendapatkan posisi yang sesuai kompetensi mereka.
  • Skill tinggi, namun tetap mendapat gaji di bawah ekspektasi.
  • Tidak jarang ditemukan lowongan kerja yang mencantumkan batas usia tertentu sebagai persyaratannya.

Kesenjangan Skill dengan Kesempatan Kerja

Perusahaan sering mencari pengalaman minimal sekian tahun, sementara fresh graduate kesulitan mendapat kesempatan. Hal ini membuat gap banyaknya lulusan baru (baik SMA sederajat maupun S1) memiliki kesempatan kecil untuk mendapatkan  yang dibutuhkan di dunia kerja.

Fenomena Job Hugging di Kalangan Anak Muda

Job hugging adalah kondisi ketika seseorang bertahan di pekerjaan yang tidak sesuai passion atau kompetensi, hanya karena butuh penghasilan tetap. Banyak anak muda akhirnya memilih migrasi karena merasa stuck di pekerjaan dalam negeri. Menjadi pekerja migran dianggap solusi untuk keluar dari “jebakan job hugging” sekaligus membuka peluang karier baru.

Apakah Migrasi Selalu Lebih Menguntungkan?

Migrasi memang menawarkan gaji lebih tinggi, namun juga penuh tantangan. Jarak dengan keluarga, adaptasi budaya, hingga risiko eksploitasi menjadi sisi lain yang perlu dipertimbangkan. Meski begitu, banyak yang tetap menilai migrasi sebagai jalan keluar terbaik dari keterbatasan lapangan kerja di Indonesia.

Pentingnya Upskilling Anak Muda Lewat lembaga Pelatihan

Solusi jangka panjang agar anak muda tidak hanya bergantung pada migrasi adalah dengan meningkatkan keterampilan. Up-skilling sangat penting agar tenaga kerja Indonesia siap menghadapi kebutuhan industri global.

Salah satu bentuk upskilling yang relevan adalah mempelajari bahasa asing, terutama bahasa Jepang yang banyak dibutuhkan di sektor kerja formal di Jepang. Dengan mengikuti lembaga pelatihan bahasa Jepang yang kredibel, seperti di LPK Yorisoi Jogja, anak muda bisa meningkatkan peluang kerja sekaligus mempersiapkan diri menghadapi tantangan hidup di luar negeri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun