Mohon tunggu...
Novita ValentineTamba
Novita ValentineTamba Mohon Tunggu... Sekretaris - I'm just a human, Be yourself❤

I love Reading, Writing, Dog, Movie and Travelling| Bachelor Degree of English Department from Catholic University of St. Thomas north Sumatera

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Budaya Patriarki yang Masih Melekat di Kalangan Masyarakat Tertentu, Seperti di Masyarakat Batak Toba

11 Juni 2021   01:20 Diperbarui: 11 Juni 2021   09:43 406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Apa itu Patriarki?
Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai pemegang kekuasaan utama dan mendominasi dalam peran kepemimpinan politik, otoritas moral, hak sosial dan penguasaan properti.
Dalam domain keluarga, sosok yang disebut ayah memiliki otoritas terhadap perempuan, anak-anak dan harta benda.

Namun, mereka yang menjunjung patriarki, tak sedikit yang mengatasnamakan aturan, adat, agama. Meski ujungnya, hal ini bisa disalahgunakan.
Sebagian daerah di Indonesia memang masih memegang kuat aturan adat yang menjadikan posisi laki-laki lebih tinggi.

Sebagai contoh pribadiku, lahir dan dibesarkan di Budaya Batak Toba, dimana "Budaya Batak Toba" pria lebih di prioritaskan dalam segala hal yang artinya masih Patriarki, namun tak sedikit pria menyadari tanggung jawab yang sebenarnya, bahkan Patriarki hanya dijadikan sebagai Simbol kebanggaan tersendiri dan terkadang hanya mencari ruang celah dalam diri wanita dan lupa tanggung jawab yang sebenarnya. Padahal ada banyak wanita hebat dan berkarya bahkan bisa menggantikan posisi pekerjaan pria. Namun pria bisakah menggantikan posisi pekerjaan wanita? atau ada rasa canggung jika harus menggantikan posisi pekerjaan wanita? Bukan hal yang asing lagi.

Pun ada pandangan dalam agama yang memposisikan pria sebagai pemimpin, sehingga wanita tak patut berpendapat.
Hal ini sebenarnya tidak ada masalahnya kalau perempuan masih berhak maju dan mewujudkan pengembangan kepribadiannya.

"Tapi sekali lagi, tidak semua orang bijak memandang aturan ini. Malah, ada yang menggunakannya untuk memuluskan semua kepentingan pribadi."

Baik pertanyaan klasik " kapan nikah?", disadari atau tidak, patriarkisme juga masih dijunjung masyarakat.
Lagi pula tak semua orang punya tujuan yang sama hanya untuk sekedar menikah, ada hal2 hebat yang ingin dicapai tanpa harus kesana.

Kita pasti tidak asing lagi dengan hal ini.
Dari sisi pria, ada anggapan "pria menghadapi hal kayak gitu aja kok cemen," atau "pria itu harus kuat dan gak boleh nangis!".
Sementara wanita mendapat predikat "manja" dan "tidak berdaya" yang selalu melekat. Padahal, kini tak sedikit wanita yang bisa melawan stigma itu. Banyak kok wanita kuat dan suka kerja keras bahkan membantu MENINGKATKAN EKONOMI KELUARGA.

Sebenarnya, hal ini bisa diubah kalau masing-masing Pria dan Wanita tidak diperlakukan dengan cap-cap tertentu. Kesetaraan bisa didapat kalau masing-masing tidak dianggap harus ini dan itu di luar kemampuan mereka.

So, I say for all of people, all of Men open minded, please. Come on, be a positif human not a King just a Partner life..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun