Mohon tunggu...
Novi Saptina
Novi Saptina Mohon Tunggu... Guru - Guru berprestasi di bidang bahasa dan menaruh perhatian pada kajian sosial dan budaya

Penulis adalah guru. Dalam bidang seni, dia juga menulis skenario drama musikal dan anggota paduan suara. Penulis juga sebagai pengurus lingkungan sekolah. Pada jurnalistik, penulis adalah alumni Akademi Pers dan Wartawan dan turut berpartisipasi sebagai kolumnis koran hingga saat ini

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Manfaat Lebih Penjual Kue

4 April 2023   19:49 Diperbarui: 4 April 2023   20:16 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada saat sekarang ini aku sudah pensiun, kurang lebih telah berlangsung  satu tahun ini  dari tugasku mengajar di suatu Sekolah Dasar (SD). Suamiku juga sudah pensiun lima tahun yang lalu. Aku pensiun dari sekolah swasta, sehingga aku tidak mendapatkan pensiun setiap bulan seperti bila terjadi pada guru yang mengajar di sekolah negeri. Maka sebelumnya aku harus mempersiapkan pensiunku sendiri. Beberapa teman mempersiapkan dengan membuka warung, toko, dan wirausaha lainnya.

Aku tidak bisa seperti itu, karena sewaktu mengajar saja aku merasa waktu sudah habis.  Kenapa teman-teman bisa seperti itu, kok aku tidak. Itu mungkin  lain persoalan. Beda kepribadian dan beda minat atau keahlian, itu mungkin jawaban yang pantas untuk ini. Teman-teman bisa berfikir bisnis sekaligus berbarengan dengan mengajar. Aku tidak bisa seperti mereka itu. Biasanya aku hanya menjadi pembeli mereka karena pertemanan, ketika teman-teman pada berjualan di kantor. 

Pernah aku mencoba,  suatu ketika aku membawa dagangan gentian, namun mereka tidak membelinya hanya satu dua orang saja yang mau membeli, itupun aku ingatkan bahwa aku selalu membeli apa yang ia bawa, seharusnya ia juga gentian membeli daganganku, maka baru dia membeli. Yang lain meskipun aku ingatkan seperti itu, mereka tidak mau membelinya. Naluri ekonominya begitu kuat. Kalau tidak perlu betul, tidak usah beli meskipun teman. Sedangkan aku, bila menghadapi mereka - karena pertemanan - aku beli. Begitulah aku mempunyai posisi yang selalu seperti ini.

Maka mempunyai pengalaman seperti itu,  andalanku hanya menabung untuk membuat dana pensiun sendiri. Jadi, bila  nanti bila saatnya tiba aku pensiun aku sudah mempunyai dana untuk modal hidup saat pensiun. Begitulah, yang bisa aku lakukan adalah berhemat dan menabung. Sesudah pengalaman yang aku lalui itu, akhirnya aku hidup hemat dan menabung. Mungkin terasa sekali kalau aku berhemat. Banyak cuitan dari teman-teman yang meledek gaya aku berhemat. Akupun  bisa menjadi tidak ambil peduli, karena pengalamanlah yang  juga mengajari aku  bila aku berjualan teman-teman juga tidak membeli padaku. Namun ada kalanya aku tetap membeli karena ada saatnya aku menentukan dana untuk shadaqah. 

Aku tetap membeli dagangan teman-teman yang aku niatkan karena Allah semata, yaitu memperlancar urusan lain. Nanti bila di akhirat, urusan akan menjadi lancar juga. Karena berbuat baik, sejatinya ya untuk kebaikan diri sendiri.  Begitulah kegiatan ini berlangsung  sampai saatnya tiba aku pensiun. Aku menggunakan dana pensiun yang sudah aku rencanakan sejak dulu. Seperti itu  sehari-harinya dan mengisi hari dengan menulis, karena memang aku dikenal sebagai penulis dan  sering mendapatkan juara dalam menulis waktu mengajar dulu.

Meskipun sudah bersiap sebelumnya untuk pensiun, yaitu dengan menyiapkan dana pensiun, namun tetap ada rasanya yang agak kaget juga menghadapi keseharian. Tetapi  dibantu oleh keyakinan kepada Allah bahwa Dia akan menjaminkan rezeki kepada hambanya yang bertaqwa kepadanya, bila ingat hal itu aku menjadi tidak bingung lagi, karena janji Allah benar adanya.

Kantin Hebat

Bingungku tidak berlangsung lama, lalu aku mengadakan lobi dengan beberapa warung makan atau kantin. Aku meminta izinnya untuk menitipkan makanan padanya. Mereka menyetujuinya. Aku senang bisa melobi seperti ini. Ini menunjukkan bahwa aku masih bisa mempunyai relasi yang baik. Aku beri acungan jempol sendiri prestasiku ini. Aku rayakan dengan shalat sunnah dan melaporkan pada Allah bahwa aku telah berhasil membuat kegiatan yang baru di dalam arena waktu masa pensiunku. Aku pun memulai membuat kue dan membungkusnya satu persatu. Aku mulai menitipkan di kantin. Kantin pertama, kedua dan ketiga. Sebenarnya ada 4 kantin,  tapi ada satu  kantin yang mempunyai mempunyai konsep yang unik dan menarik. 

Pemilik kantin ini mengatakan padaku bahwa bila aku mau menitipkan makanan, tunggu besok kalau sudah selesai puasa saja atau sesudah lebaran katanya. " jadi ibu libur satu bulan, menutup kantin ini?" tanyaku. Dia menerangkan bahwa sebulan penuh pada bulan Ramadhan dia dan suaminya akan fokus beribadah sebulan penuh. "Lha kegiatannya apa? " tanyaku.  

Kegiatannya adalah mengikuti pengajian, konsentrasi shalat sunnah, konsentrasi membaca Al Quran, dan konsentrasi berdzikir selama bulan suci berlangsung. Serta menambah amalan lainnya bila ada amalan yang bisa dikerjakan. Apa itu? Menengok orang sakit, bersedekah dan memberikan jalan keluar bagi orang yang membutuhkan. "Sebelumnya sudah mendapat keuntungan banyak ya?"  tanyaku. "Banyak sedikit tergantung darimana memandangnya" jawabnya. Weh, bagus banget jawabannya. Bener-bener ini kantin hebat, kataku dalam hati. "Lha itu sudah akan cukup untuk sebulan penuh Ramadhan dan menghadapi nanti Lebaran", tanyaku lagi penasaran dan ingin belajar. "Biar Allah yang mencukupkan, yang penting bisa menjalankan semua kebaikan Ramadan."

Pertama kali aku menerima ini, dalam hati aku hanya berkata bahwa pemilik kantin ini hebat (excellent) dia mempunyai konsep tersendiri dalam hidupnya yang diaplikasikan dengan tindakan (action) yang berbeda (different action). Dalam pendidikan etos kerja, konsep yang hebat, tindakan yang cerdas dan berbeda akan menghasilkan produk yang sukses. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun