Mohon tunggu...
Novi Saptina
Novi Saptina Mohon Tunggu... Guru - Guru berprestasi di bidang bahasa dan menaruh perhatian pada kajian sosial dan budaya

Penulis adalah guru. Dalam bidang seni, dia juga menulis skenario drama musikal dan anggota paduan suara. Penulis juga sebagai pengurus lingkungan sekolah. Pada jurnalistik, penulis adalah alumni Akademi Pers dan Wartawan dan turut berpartisipasi sebagai kolumnis koran hingga saat ini

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Yogyakarta yang Kucinta dan Teman Hidup Traveloka

4 Oktober 2022   04:52 Diperbarui: 4 Oktober 2022   05:19 579
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Itulah Jogya tercinta

Di sanalah andong merupakan ciri utama

Seniman berkarya... di sini tempatnya......"

Begitulah penggalan lirik lagu Yogyakarta yang dinyanyikan oleh Geronimo II. Selain itu, satu lagi lagu tentang Jogya adalah  yang  dinyanyikan Katon bagaskara.  Dua-duanya bagus dan  menempati hati penggemarnya.

Berwisata, mengunjungi kota lain, melihat kehidupan masyarakatnya, menikmati pemandangannya,  sangat  berguna  bagi semua yang ingin sehat jiwa dan raganya. Hal  itu memang  diperlukan,  karena tubuh ini juga memerlukan asupan yang bersifat rohani selain jasmani. Keseimbangan antara keduanya itu menjadi kesatuan yang harmonis dan menjadikan produk  manusia yang berkepribadian unggul. Orang yang badannya hanya dipakai untuk bekerja terus-menerus, anggota tubuhnya akan letih, pancaran wajahnya tidak berseri-seri. Tak heran bila ada tambahan persoalan sedikit sudah menjadi marah dan murung. Bila hal itu terjadi, pertanda bahwa orang itu memerlukan waktu untuk beristirahat sejenak, berwisata untuk mengistirahatkan anggota tubuh yang sangat lelah itu.

Pada zaman kerajaan di tanah Jawa dahulu, para raja selalu mengadakan acara khusus yang disediakan  beliau setelah beberapa waktu berkutat dengan pemerintahan. Acara khusus itu dinamakan "Mbebedak" yaitu sebuah acara yang berisi pergerakan para kesatria beserta keluarga dan punggawanya,  dari kerajaan ke hutan- hutan yang terletak di daerah kerajaannya untuk berburu binatang, entah itu kijang, badak atau binatang yang lainnya. Pada relief di candi-candi, dikisahkan tampilan berupa orang yang sedang menggotong binatang di punggung, kemudian  raja dan beberapa  yang sedang tersenyum menikmati makanan di antara pepohonan dan bunga-bunga. Hal itu menunjukkan bahwa perburuan raja berhasil dan untuk dimakan bersama. Itu merupakan cara para awak kerajaan untuk berekreasi atau berwisata setelah beberapa lama lelah mengurusi pemerintahan.

            Di "Mbon Raja" yang artinya kebun raja, seperti di Sriwedari Solo, adalah  suatu tempat  cagar budaya sebagai kebun binatang raja yang isinya binatang hasil buruan para raja atau binatang hasil pemberian para sahabat raja yang dikumpulkan di Mbon Raja itu. Rupanya hasil buruan itu tidak semuanya itu disantap. Mereka hanya menyantap seperlunya saja untuk ketahanannya selama di hutan, sedangkan beberapa binatang buruan lain disembuhkan luka panahnya untuk dipelihara di istana. Para Raja Surakarta itu mengumpulkannya di tempat tersendiri di Taman Sriwedari Solo. Namun seiring dengan waktu kebun raja itu harus kini harus dipindah di luar kota Solo untuk ketenangan para binatang yang stres karena berada di tengah kota, harus mendengarkan deru kendaraan bermotor. Kini mereka bertempat di Taman Satwa Taru di Jurug Solo, bukan di taman Sriwedari lagi. Begitulah pentingnya berekreasi yang diadakan sejak zaman dulu kala. Sekarang wisata dikembangkan agar bisa membantu masyarakat segar kembali dari aktivitasnya, bisa produktif dalam kehidupannya. Seimbang jasmani dan rohaninya.

            Tempat wisata Kota Yogyakarta, bagiku adalah nyawa dalam hidupku. Setiap beberapa waktu aku harus  selalu merawatnya yang memberi pupuk agar terus subur bersemi serta berkembang nyawaku itu.  Yogyakarta menjadi tempat wisata terkasih dalam hidupku. Setiap semester, saat liburan tiba, aku selalu menikmatinya dengan sangat khusyuk. Tidak ada kata yang menggambarkan cara hebatku menikmati Jogya. Maka "khusyuk" adalah yang mewakilinya. Sungguh mungkin hanya aku wisatawan yang mempunyai kedekatan dengan kota gudeg ini,  yang sangat dramatis. Bagaimana tidak hal ini aku lakukan sejak anakku berumur 5 tahun sampai sekarang anakku sudah menjadi dosen Sastra Inggris di suatu perguruan tinggi negeri di kota Solo. Setiap semester aku mengunjungi Jogya. Bila dihitung, sudah berapa kali dari anakku kecil sampai dewasa, rutinitas wisata yang kulakukan di Jogya. Kalau belum ke Jogya rasanya belum berwisata.

tangkapan layar
tangkapan layar

Aku menikmatinya detik demi detik, jengkal demi jengkal Yogyakarta dengan penuh perasaan. Hawanya, pemandangannya keunikannya, serta ruh yang melekat padanya. Semua itu adalah suatu  cara yang lain aku menikmati Jogya,  menikmatinya  dengan amat sangat. Mengunjungi semua museum yang ada dan menyusuri Malioboro. Selalu seperti itu ketika aku berlibur ke sana. Biasanya  aku  menginap  selama 2 atau 3 hari, dengan Traveloka hotel untuk berekreasi menikmati kota yang aku sayangi ini. Dia (Yogyakarta)  selalu memberikan tambahan tenaga dalam kehidupan dan  karirku. Ketika aku mengalami kelelahan dalam bekerja, Jogya mengisi tenaga hidupku secara penuh untuk aku gunakan selama satu semester kedepannya.  Museum di Yogyakarta yang sering aku kunjungi paling utama adalah Museum Benteng Vredeburg, karena di sini biasanya banyak acara baru yang bisa dinikmati. Museum ini menceritakan secara lengkap bagaimana perjuangan Jogya dari zaman kerajaan berjaya, kedatangan VOC dan masa penjajahan Belanda, pergerakan para pahlawannya, hingga akhirnya merdeka, lalu menjadi Daerah istimewa Yogyakarta -- yang memang sangat istimewa. Jajaran museum yang lain yaitu Museum Dirgantara, Museum Sandi, Museum Diponegoro, Museum Sonobudoyo, Museum Jogya Kembali, Museum Bahari, dan Museum Ki Hajar Dewantara. Nikmati juga koleksi seni di Museum Tino Sidin. Semua menyenangkan untuk dikunjungi. Biasanya, aku mengunjungi satu museum di hari pertama, lalu dilanjutkan satu museum lagi untuk hari keduanya. Museum di suatu kota, biasanya akan menunjukkan bagaimana kota itu berdiri beserta hal-hal yang melatarbelakanginya. Di Museum Benteng Vredenburg Yogyakarta misalnya, di situ ditampilkan diorama-diorama sejarah Yogya. Bila kita berdiri di perempatan Kantor Pos Yogya, pemandangan itu akan terlihat sama persis dengan diorama yang ada di museum tersebut. Kita akan tertawa takjub, ternyata kenyataan yang sebenarnya seperti ini, begitu pasti dalam hati. Agenda lainnya mengunjungi keraton, taman pintar, dan menikmati kuliner khas di Yogyakarta yaitu Gudeg.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun