Mohon tunggu...
novie nuraini
novie nuraini Mohon Tunggu... Mahasiswa Universitas Ngudi Waluyo

Nama : Novie Nuraini, Mahasiswa PGSD Universitas Ngudi Waluyo

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Guru Sibuk, Matematika Menjadi Kehilangan Makna

18 Oktober 2025   18:55 Diperbarui: 18 Oktober 2025   18:55 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Proses Pembelajaran


Banyak siswa SD kehilangan makna belajar matematika karena sistem pendidikan yang membuat guru terlalu sibuk dengan tugas administratif. Lewat kisah sederhana tentang adik saya, tulisan ini mengajak kita merenungkan: apakah matematika masih diajarkan dengan hati, atau hanya sekadar angka di papan tulis?

"Dulu waktu saya duduk di kelas 3 SD, saya sudah bisa memahami rumus-rumus sederhana. Namun, adik saya yang kini duduk di kelas yang sama justru kebingungan ketika ditanya soal pembagian. Katanya, Tidak pernah diajarkan'. Jawaban itu membuat saya terdiam. Bagaimana mungkin pelajaran dasar yang seharusnya menjadi fondasi justru terlewat?"

Kejadian ini bukan sekadar cerita pribadi Banyak siswa SD menghadapi situasi serupa. Bukan karena mereka malas atau tidak mampu, melainkan karena kelas sering kali kurang mendapat pendampingan penuh. Guru yang seharusnya fokus mengajar, justru terbebani tugas tambahan: administrasi, rapat, bahkan jabatan bendahara atau panitia kegiatan. Akhirnya, siswa hanya diberi tugas tanpa penjelasan memadai.

Padahal, usia sekolah dasar adalah masa emas ketika anak sedang butuh arahan langsung. Tanpa bimbingan, wajar bila mereka tidak memahami konsep dasar matematika. Mereka hanya ahu hasil akhir, tanpa paham prosesnya. Lebih parah lagi, kondisi ini bisa melahirkan rasa takut pada angka, menurunkan kepercayaar diri, dan memperlebar kesenjangan antar siswa.

Guru tentu bukan sepenuhnya salah. Mereka pun menjadi korban dari sistem kerja yang membebani. Tetapi kita tidak bisa menutup mata bahwa dampaknya nyata bagi anak-anak. Matematika yang seharusnya menjadi jembatan berpikir logis malah berubah jadi momok sejak dini.

Karena itu, solusi harus datang dari berbagai arah. Sekolah sebaiknya memberi pembagian tugas yang lebih adil agar guru tidak kewalahan. Pemerintah perlu memastikan pelatihan atau administrasi tidak mengurangi jam belajar siswa. Orang tua pun berperan penting untuk mendampingi anak di rumah, sekadar memastikan mereka idak kehilangan semangat belajar.

Matematika tidak boleh berhenti sebagai angka di papan tulis. la harus hadir sebagai pengalaman belajar ang menyenangkan, penuh contoh nyata, dan menumbuhkan rasa percaya diri.

Adik saya hanyalah satu contoh kecil. Di luar sana, ada banyak anak yang mungkin merasa hal serupa. Inilah alarm bagi kita semua bahwa pendidikan dasar tidak boleh dianggap remeh. Jika ondasi apuh, bangunan masa depan juga mudah runtuh. Sudah saatnya kita mengembalikan fokus guru pada peran utamanya: mendidik Anak-anak Indonesia berhak mendapatkan pembelajaran yang layak, terutama pada mata pelajaran dasar seperti matematika.

Belajar seharusnya jadi pengalaman yang menyenangkan, bukan sumber ketakutan. Mari bantu guru dan anak-anak kita menemukan kembali makna belajar yang sebenarnya.


Tentang Penulis:

Novie Nuraini adalah mahasiswa semester 3 program studi PGSD Universitas Ngudi Waluyo, Ungaran. Yang tertarik pada isu pendidikan anak dan cara guru membangun suasana belajar yang penuh empati. Selain itu, Artikel ilmiah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Penulisan Karya Tulis Ilmiah (PKTI).

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun